Safety 1.000 Training Extravaganza: Emergency Operation Plan and Basic Life Support Keselamatan Wisata Selam di Manado dan Bitung, Sulawesi Utara

Mohon izin melaporkan kegiatan Safety 1.000 Training Extravaganza: Emergency Operation Plan and Basic Life Support Keselamatan Wisata Selam di Manado dan Bitung, Sulawesi Utara pada 19-20 Juni 2024.

Program Safety 1.000 Training Extravaganza menjadi program kolaborasi Kemenparekraf bersama Divers Alert Network (DAN) dalam upaya meningkatkan aspek keselamatan wisata selam Indonesia. Program ini juga merupakan tindak lanjut dari MoU/nota kesepahaman antara kemenparekraf dengan DAN turut serta menggandeng PADI (the Professional Association of Diving Instructors), NAUI (The National Association of Underwater Instructors), serta SSI (Scuba Schools International) untuk mewujudkan tujuan bersama menjadikan “Indonesia as a safe diving destination”.
 
Program Safety 1.000 Training Extravaganza sebelumnya telah dilaksanakan di beberapa lokasi, di antaranya di Kepulauan Seribu, Anyer, Labuan Bajo, Bali (Amed, Pemutaran, Nusa Penida, Sanur) dan daerah lainnya. Program ini menargetkan 1.000 peserta pelatihan dan dilakukan selama 1.000 hari dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua operasi penyelaman mematuhi standar keselamatan minimum.

Pelatihan Safety 1.000 Training Extravaganza: Emergency Operation Plan and Basic Life Support di Manado diselenggarakan di Politeknik Negeri Manado, Gedung Kantor Pusat dan di Bitung di Ruang Sarundajang, Gedung BPU Kota Bitung. Pelatihan di Kota Manado diikuti 60 peserta dan di Kota Bitung diikuti 70 peserta yang berasal dari frontline workers wisata selat seperti dive guide, kru dan kapten kapal, serta staf resort. Diharapkan peserta mampu melakukan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan selam atau keadaan darurat yang membutuhkan tindakan medis pertama.  

⚫️ Kegiatan ini dihadiri oleh beberapa pihak sebagai berikut.

  1. Dra. Maryke Alelo, MBA, Direktur Politeknik Negeri Manado;
  2. Octovilla Bawotong, S.E, Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Bitung
  3. Bayu Wordoyo, Country Manager DAN Indonesia;
  4. William Tong, NAUI Training Director for NAUI Asia Pacific;
  5. Ebram Harimurti, NAUI Indonesia Representatif dan Chairman of Indonesia Divers Rescue Team (IDRT)
  6. dr. Bryan Cheng, Instructor Open Water dari PADI Indonesia; dan
  7. Peserta pelatihan yang terdiri dari pemandu wisata selam dan frontliners wisata selam.

⚫️ Rangkaian Kegiatan

*Sambutan Dra. Maryke Alelo, MBA,

Direktur Politeknik Negeri Manado*
Maritim tidak dapat dilepaskan dari fungsi ekonomi. Sebab, sumber daya alam yang ada di laut, dalam bentuk apapun, dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat. Untuk menyiapkan sumber daya manusia di bidang maritim, perlu diperhatikan tiga hal yakni jenis sumber daya manusia, kualifikasinya dan kompetensinya.

Polimdo mendukung kegiatan Pelatihan Safety 1.000 Training Extravaganza karena pengetahuan pelaku wisata selam tentang keselamatan menyelam akan semakin kuat sehingga angka kecelakaan menyelam bisa ditekan.

Polimdo sangat berharap mendapatkan bantuan dari Kemenparekraf dalam mengembangkan program studi terkait wisata bahari. Saat ini Politeknik Negeri Manado memiliki program studi Ekowisata Bawah Laut dimana merupakan satu-satunya di Indonesia dan uniknya adalah melakukan prosesi wisuda di bawah laut.

⚫️ Sambutan Bapak Bayu Wardoyo, Country Manager DAN Indonesia

Program ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi 1.000 peserta secara gratis yang merupakan pelaku wisata menyelam untuk dapat memberikan pertolongan pertama kepada penyelam yang membutuhkan pertolongan darurat.
DAN bekerja sama dengan NAUI dan PADI menyediakan 1.000 unit perlengkapan first aid dan oxygen regulator untuk membantu meningkatkan respon penanganan kedaruratan di lapangan.

Pelatihan ini amat penting karena wisata bahari di Indonesia sudah sangat terkenal di mata wisatawan domestik maupun internasional. Diharapkan program ini menjadi jalan agar destinasi ini tidak hanya terkenal dengan keindahannya saja tetapi juga dari aspek keselamatannya.

⚫️ Pemaparan Teori BLS (Basic Life Support) oleh Ebram Harimurti, NAUI Indonesia Representatif dan Chairman of Indonesia Divers Rescue Team (IDRT)

Basic Life Support (BLS) dalam penyelaman bertujuan untuk menjaga fungsi pernapasan dan sirkulasi darah pada korban yang mengalami henti napas atau henti jantung hingga bantuan medis profesional tiba. Dengan pelatihan BLS yang tepat maka dapat meningkatkan keselamatan serta memberikan respons yang efektif dalam situasi darurat.

BLS sangat penting dalam aktivitas selam karena alasan berikut:

  • Lokasi selam yang terpencil di berbagai daerah/pulau di Indonesia dan kecelakaan menyelam sering terjadi di lokasi yang jauh dari fasilitas medis sehingga kemampuan untuk memberikan pertolongan pertama yang efektif sangat penting.
  • Risiko Spesifik dari penyelam seperti penyakit dekompresi, barotrauma, dan cedera akibat aktivitas selam memerlukan penanganan segera dan tepat.
  • Statistik kecelakaan selam dimana lebih dari 10% kematian penyelam disebabkan oleh penyakit kardiovaskular yang dapat diatasi dengan BLS yang tepat.

Ada beberapa komponen Utama BLS dalam penyelaman, yaitu berikut ini.

  • CPR (Cardiopulmonary Resuscitation): Melibatkan kompresi dada dan pemberian napas buatan untuk menjaga aliran darah dan oksigen ke otak dan organ vital lainnya. Teknik ini mencakup CPR satu-penolong dan dua-penolong untuk orang dewasa, anak-anak, dan bayi.
  • Penggunaan AED (Automated External Defibrillator): Alat ini digunakan untuk memberikan kejutan listrik ke jantung yang mengalami fibrilasi ventrikel atau takikardia ventrikel tanpa denyut. Penggunaan AED dapat meningkatkan peluang kelangsungan hidup korban henti jantung.
  • Manajemen Pendarahan: Teknik untuk mengendalikan pendarahan eksternal yang parah, termasuk penggunaan perban dan tekanan langsung pada luka.
  • Penanganan Tersedak. Teknik untuk mengatasi sumbatan jalan napas akibat tersedak, termasuk manuver Heimlich dan teknik lain untuk membuka jalan napas.
  • Penanganan Syok: Mengidentifikasi dan merespons tanda-tanda syok, seperti kulit pucat, dingin, dan berkeringat, serta denyut nadi yang cepat dan lemah.
  • Posisi Pemulihan. Menempatkan korban yang tidak sadar tetapi bernapas dalam posisi pemulihan untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dan mencegah aspirasi.

⚫️ Pemaparan Teori Praktik Pelatihan CPR, Oksigen dan Pertolongan Pertama oleh dr. Bryan Cheng, Instructor Open Water dari PADI Indonesia

Penggunaan oksigen dalam penyelaman adalah aspek kritis dan memerlukan pemahaman teori dan praktik yang tepat. Pemberian oksigen yang tidak pada tempatnya harus dihindari karena justru menyebabkan bahaya bagi pasien.

Penyakit dekompresi merupakan dampak akibat perubahan tekanan air atau udara yang terlalu cepat. Pada penyelam, dekompresi terjadi jika proses naik kembali ke permukaan tidak dilakukan secara bertahap sesuai aturan keselamatan dalam menyelam. Pada penyelam, penyakit dekompresi biasanya muncul dalam waktu 15 menit atau lebih dari 12 jam setelah naik ke permukaan. Pada kasus yang parah, gejala dapat terjadi sebelum naik ke permukaan atau sesaat setelah naik ke permukaan. Pasien dekompresi dan berada jauh dari fasilitas kesehatan khususnya dengan hiperbarik oksigen bisa diberikan oksigen 100.

Setiap peserta berkesempatan untuk mempraktikkan langkah awal penanganan kecelakaan, merespon dan menilai korban dengan melakukan assesment “look-listen-feels”. Praktik dilakukan dengan membagi peserta ke dalam empat kelompok dengan masing-masing instruktur memandu setiap kelompok. Peserta mempelajari praktik langsung bagaimana memberikan CPR, AED, dan oksigen pada kasus dekompresi dan korban tenggelam hingga posisi pemulihan/recovery position atau bantuan medis lebih lanjut.

⚫️ Saran dan Rekomendasi:

Program Safety 1000 Training Extravaganza: Emergency Operation Plan and Basic Life Support memberikan peningkatan kapasitas bagi para frontline workers yang berinteraksi langsung dengan wisatawan sehingga dapat melakukan tindakan pertolongan pertama bila diperlukan untuk menekan angka risiko kematian dalam aktivitas wisata selam. Program ini memberikan pengetahuan praktis penting bagi peserta secara gratis dan bersertifikat. Selain itu, DAN juga menyerahkan kepada peserta unit perlengkapan first aid (standard American Health Association) dan oxygen regulator untuk membantu meningkatkan respon penanganan kedaruratan di lapangan.

Program ini dipandang berbagai pihak sebagai kebijakan yang tepat sasaran, tepat waktu dan tepat manfaat, serta mampu memahami kebutuhan masyarakat yang dapat diraih melalui strategi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi. Oleh karena itu, kegiatan serupa sangat penting dilakukan di berbagai daerah tujuan wisata tidak hanya untuk wisata selam tetapi untuk berbagai aktivitas wisata yang memiliki resiko tinggi sehingga dapat menekan angka kecelakaan sekaligus meningkatkan kualitas layanan usaha wisata minat khusus berbasis aktivitas di alam atau bersifat petualangan.

Demikian laporan kegiatan ini kami sampaikan, berikut dokumentasi kegiatan dimaksud.

fahri surya altakwa

© 2024 Data & Informasi. Design by HTML Codex