August 1, 2024

BISA Fest Sulawesi Selatan - Juli 2024

Telah dilaksanakan 3 (tiga) kegiatan BISA Fest dari Anggota Komisi X DPR-RI, Bapak Andi Muawiyah Ramli yang dilaksanakan di Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai berikut:

  1. BISA Fest: Gelar Budaya Khas Sulawesi Selatan, yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2024, bertempat di Hotel Grand Town Maros, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.
  2. BISA Fest: Semarak Seni Tradisi Khas Bugis, yang dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2024, bertempat di Hotel Novena, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.
  3. BISA Fest: Pentas Kreasi Seni Tradisional, yang dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2024, bertempat di Hotel Agri Bulukumba, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan

Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama kemitraan antara Kemenparekraf/Baparekraf RI dengan Komisi X DPR RI.

Berikut poin-poin yang dapat kami laporkan:

A. BISA Fest: Gelar Budaya Khas Sulawesi Selatan

Kegiatan BISA Fest: Gelar Budaya Khas Sulawesi Selatan, yang dilaksanakan pada tanggal 8 Juli 2024, bertempat di Hotel Grand Town Maros, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini dihadiri oleh:

  1. Anggota Komisi X DPR-RI, Bapak Andi Muawiyah Ramli;
  2. Perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Ibu Arum Damarintyas, Analis Kebijakan Ahli Muda;
  3. Anggota DPRD Kabupaten Maros, Ibu Mulyati;
  4. Perwakilan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Maros, Ibu Rahmatiah;
  5. Dosen STAI DDI Maros, Penggiat Seni Tari dan Budaya, Bapak Lory Hendrajaya, selaku Narasumber;
  6. 65 orang peserta (60 orang sebagai Pelaku Seni Budaya dan Parekraf dan 5 orang sebagai perwakilan Dinas Pariwisata).

Rangkaian acara:

  • Registrasi peserta, kemudian pembukaan oleh MC.
  • Seluruh peserta menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
  • Doa Pembuka dan Tilawah Quran oleh Ibu Hj. Mulyati, selaku Anggota DPRD Kabupaten Maros.
  • Penampilan pembuka Tari Kipas Pakarena oleh Sanggar Pajaga Ada Marusu, yang merupakan tarian yang berasal dari kerajaan Gowa Makasar Sulawesi Selatan. Berasal dari kata "akkarena " yang artinya Bermain dan "pa" yang berati pelakunya. Tari Kipas Pakarena meiliki arti bermain kipas, yang menggambarkan perpisahan Botting Langi’ (khayangan) dengan Lino (bumi). Gerakan-gerakan tarian ini menggambarkan ajaran kepada masyarakat lino (bumi) saat bercocok tanam, berternak atau berburu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Botting langi’. Setiap gerakan mengekspresikan kelembutan, kesantuanan, kesetiaan, kepatuhan dan hormat masyarakat perempuan Gowa kepada laki-laki. Tarian akan semakin memikat dan semakin indah di pandang ketika melihat penari menggunakn busana yang menarik yaitu baju bodo. Busana penari sering disebut li'pa sa'be (kain sutera khas Sulawesi), dengan sanggul besar dan hiasan khas pulau selayar.
  • Sambutan Perwakilan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Maros, diwakili oleh Kepala Bidang Pariwisata, Ibu Rahmatiah, menyampaikan bahwa:
  • Apresiasi atas dukungan Kemenparekraf dan Komisi X DPR RI yang berkolaborasi untuk mengadakan kegiatan BISA Fest ini, yang melibatkan masyarakat untuk menggiatkan pembangunan sektor pariwista dan ekonomi kreatif di Kabupaten Maros.
  • Pada tahun 2024, Kabupaten Maros memiliki 83 (delapan puluh tiga) event terkait budaya, yang bertujuan untuk mengembangkan sektor pariwisata dan meningkatkan angka kunjungan wisatawan.
  • Selain itu, Kabupaten Maros juga memiliki 66 (enam puluh enam) Desa Wisata yang juga menjadi atraksi wisata unggulan, yang salah satu Desa Wisata telah masuk dalam peserta Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2024, yang merupakan program strategis dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
  • Berdasarkan potensi yang ada, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Maros berusaha untuk mengembangkan paket-paket wisata yang menarik dengan pengalaman unik, yang dapat memperkaya pengalaman wisatawan di Maros. Dengan menggali dan mengoptimalkan potensi yang ada, Kabupaten Maros di Sulawesi Selatan memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi pariwisata yang unggul di Indonesia.
  • Sambutan perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Ibu Arum Damarintyas, Analis Kebijakan Ahli Muda, yang menyampaikan bahwa:
  • Salah satu strategi pengembangan pariwisata adalah pengembangan yang terfokus pada 3A (Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas). Gelar Budaya yang ada di Kabupaten Maros adalah salah satu bentuk atraksi yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung ke Kabupaten Maros.
  • Pada tahun 2024, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki 3 (tiga) event yang masuk dalam program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, yaitu Karisma Event Nusantara (KEN), diantaranya adalah Toraja International Festival, Festival Salo Karajae, dan Festival Pinisi. Pada tahun berikutnya, sangat diharapkan ada event budaya unggulan dari Kabupaten Maros yang dapat terpilih juga dalam Karisma Event Nusantara (KEN), mengingat ada banyaknya potensi budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Maros.
  • Sambutan Bapak Andi Nuawiyah Ramli, Anggota Komisi X DPR-RI, yang menyampaikan bahwa:
  • BISA Fest: Gelar Budaya Khas Sulawesi Selatan adalah kegiatan ke-9 yang telah dilaksanakan pada tahun 2024, dalam rangka pelestarian budaya khas Sulawesi Selatan sebagai potensi atraksi wisata. Kegiatan ini adalah wujud apresiasi kita terhadap seniman dan budayawan lokal yang telah berperan besar dalam menjaga dan mengembangkan budaya tradisional Maros. Diharapkan kegiatan seperti ini akan semakin memperkuat ikatan antar warga dan memperkaya pemahaman mengenai kekayaan budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Maros.
  • Dengan adanya penyelenggaraan kegiatan ini, diharapkan tidak hanya memberikan hiburan bagi masyarakat Maros, tetapi juga menjadi momentum penting dalam upaya melestarikan budaya tradisional yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas daerah ini.
  • Peresmian pembukaan kegiatan BISA Fest: Gelar Budaya Khas Sulawesi Selatan oleh Bapak Andi Muawiyah Ramli, Anggota Komisi X DPR-RI.
  • Penyerahan cendera mata oleh Kemenparekraf kepada Anggota Komisi X DPR RI, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Maros, dan Narasumber.
  • Penampilan Gelar Budaya:
  • Tari Paraga oleh Sanggar Persera Bunga Ramba Kaleleng

Salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Tarian ini memiliki nilai penting dalam konteks budaya dan sejarah lokal. Secara tradisional, Tari Paraga di Maros biasanya dilakukan dalam berbagai acara adat atau ritual, seperti dalam upacara adat, perayaan keagamaan, atau sebagai bagian dari penyambutan tamu penting. Tarian ini sering kali melibatkan gerakan-gerakan yang elegan dan simbolis, yang mencerminkan nilai-nilai tradisional, seperti kebersamaan, kepercayaan, atau penghormatan terhadap leluhur. Tari Paraga tidak hanya merupakan bagian dari warisan budaya Maros, tetapi juga memiliki peran dalam memperkuat identitas lokal dan mempertahankan warisan budaya yang berharga dari generasi ke generasi.

  • Musikalisasi Puisi “Kupu-Kupu Demokrasi” oleh Sanggar Seni Paraikatte Bontoa

Puisi ini menggambarkan tentang sebuah kabupaten yang cinta akan kedamaian proses demokrasinya dan bercerita tentang keanekaragaman keindahan Butta Salewangang Maros yang dibenturkan dengan sifat dan watak penduduknya. Puisi ini mengajarkan mengenai perbedaan pandangan namun tetap satu tanpa ada yang saling menjatuhkan. Puisi ini juga berpesan kepada seluruh anak muda bahwa "perubahan" bukan harus menentang, "perubahan" bukan pula harus diam, sebab keindahan demokrasi adalah kedamaian.

  • Permainan Kolaborasi (Pannumbulu Batu, Pamanca, Pepe-pepe) oleh Sanggar Gallarrang Kaemba

Pannumbulu adalah satu ilmu kebatinan atau ilmu tenaga dalam yang di perankan oleh perorangan atau kelompok, yang mana ilmu ini harus yakin sepenuh hati dan jiwa bahwa semua perlindungan dan keselamatan berasal dari Allah SWT.

Pamanca adalah satu seni ketangkasan yang dimainkan oleh seseorang atau kelompok dalam menjaga atau membela diri bagi suku Makassar.

Pepe-pepeka ri makka adalah satu tarian yang menggambarkan betapa sulit dan banyak rintangan yang di lalui oleh para penyiar agama Islam mulai dari negara Arab hingga ke tanah Makassar.

  • Pemaparan materi dari Narasumber, Bapak Lory Hendrajaya, Dosen STAI DDI Maros, Penggiat Seni Tari dan Budaya, yang menyampaikan bahwa:
  • Seni tari memang memiliki peran yang sangat penting dalam mencerminkan jiwa dan kebudayaan masyarakat sebuah daerah. Hal ini juga berlaku untuk Kabupaten Maros di Provinsi Sulawesi Selatan, yang kaya akan warisan budaya dan seni tradisionalnya. Seni tari adalah ekspresi budaya yang mendalam dari masyarakat Kabupaten Maros. Melalui gerak, musik, dan kostum yang digunakan dalam tarian tradisional mereka, masyarakat Kabupaten Maros dapat mengekspresikan nilai-nilai, cerita, dan sejarah mereka secara visual.
  • Tarian tradisional Maros membantu mengenali dan memperkuat identitas lokal masyarakat. Setiap gerakan dan pola tarian sering kali mengandung makna yang dalam, seperti simbol-simbol alam, kehidupan sehari-hari, atau ritual keagamaan yang membedakan Kabupaten Maros dari daerah lainnya. Seni tari juga berperan penting dalam pelestarian budaya. Tarian tradisional sering menjadi daya tarik bagi wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Maros. Wisatawan dapat menikmati pertunjukan tari tradisional sebagai bagian dari pengalaman budaya mereka di daerah ini, yang juga berpotensi meningkatkan ekonomi lokal melalui industri pariwisata.
  • Pengembangan seni tari lokal tidak hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga membuka peluang bagi para seniman dan penari untuk mengembangkan kreativitas mereka. Ini dapat membantu menciptakan lapangan kerja baru dalam sektor seni dan budaya di Kabupaten Maros. Seni tari adalah warisan yang berharga bagi masyarakat Kabupaten Maros di Provinsi Sulawesi Selatan, tidak hanya sebagai bentuk seni, tetapi juga sebagai penjaga dan pembawa identitas budaya yang kaya dan beragam.
  • Penyerahan piagam penghargaan dari Kemenparekraf yang diserahkan oleh perwakilan Kemenparekraf kepada para Sanggar Penampil.

B. BISA Fest: Semarak Seni Tradisi Khas Bugis

BISA Fest: Semarak Seni Tradisi Khas Bugis, yang dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2024, bertempat di Hotel Novena, Kabupaten Bone, Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini dihadiri oleh:

  1. Anggota Komisi X DPR-RI, Bapak Andi Muawiyah Ramly;
  2. Perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Ibu Arum Damarintyas, Analis Kebijakan Ahli Muda;
  3. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bone, Bapak Promal;
  4. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, Bapak Singkeru Rukka, selaku Narasumber;
  5. 65 orang peserta (60 Pelaku Seni Budaya dan Parekraf, 5 Dinas Pariwisata).

Rangkaian acara:

  • Registrasi peserta, kemudian pembukaan oleh MC.
  • Seluruh peserta menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
  • Penampilan pembuka Tari Paduppa oleh Sanggar Seni Perisai Biru PMII, yang merupakan tarian tradisional dari Sulawesi Selatan. Tarian ini merupakan bagian dari budaya Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan. Tarian Paduppa biasanya diiringi dengan musik tradisional seperti gendang, gong, dan alat musik tradisional lainnya. Gerakan dalam tarian ini menggambarkan keindahan alam, kehidupan sehari-hari, atau cerita-cerita mitologis yang menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat Bugis-Makassar.
  • Sambutan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bone, Bapak Promal, menyampaikan bahwa:
  • Kabupaten Bone, memiliki potensi pariwisata yang cukup besar berkat kekayaan budaya, sejarah, dan alam yang dimilikinya. Beberapa potensi pariwisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bone seperti warisan sejarah dan budaya masyarakat Bugis, festival budaya dan acara tradisional seperti perayaan hari besar adat, tarian dan musik tradisional, serta kuliner khas Kabupaten Bone.
  • Dengan mengembangkan potensi pariwisata yang ada, secara berkelanjutan dan terencana, salah satunya dengan adanya penyelenggaraan kegiatan seperti BISA Fest: Semarak Seni Tradisi Khas Bugis, dapat terus melestarikan Seni Tradisi Khas Bugis yang merupakan atraksi unggulan di Kabupaten Bone, guna meningkatkan kunjungan wisatawan serta memberikan dampak positif bagi ekonomi dan pembangunan wilayah secara keseluruhan.
  • Sambutan perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Ibu Arum Damarintyas, Analis Kebijakan Ahli Muda, yang menyampaikan bahwa:
  • Salah satu strategi pengembangan pariwisata adalah pengembangan yang terfokus pada 3A (Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas). Seni Tradisi Khas Bugis yang ada di Kabupaten Bone adalah salah satu bentuk atraksi yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang berkunjung ke Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
  • Pada tahun 2024, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki 4 (empat) event yang masuk dalam program Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, yaitu Karisma Event Nusantara (KEN), diantaranya adalah F8 Makassar, Toraja International Festival, Festival Salo Karajae, dan Festival Pinisi. Pada tahun berikutnya, sangat diharapkan ada event budaya unggulan dari Kabupaten Bone yang dapat terpilih juga dalam Karisma Event Nusantara (KEN), mengingat ada banyaknya potensi budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Bone.
  • Sambutan Bapak Andi Muawiyah Ramly, Anggota Komisi X DPR-RI, yang menyampaikan bahwa:
  • Pengembangan pariwisata di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, terus mengalami kemajuan dengan berbagai inisiatif yang melibatkan pemerintah dan masyarakat lokal. Salah satunya, dengan adanya penyelenggaraan BISA Fest: Semarak Seni Tradisi Khas Bugis yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai sarana untuk melestarikan dan memperkenalkan kekayaan budaya Bugis kepada generasi muda dan masyarakat luas. Melalui acara ini, nilai-nilai adat dan sejarah Bugis dapat terus hidup dan dilestarikan.
  • Peresmian pembukaan kegiatan BISA Fest: Semarak Seni Tradisi Khas Bugis oleh Bapak Andi Muawiyah Ramly, Anggota Komisi X DPR-RI.
  • Penyerahan cendera mata oleh Kemenparekraf kepada Anggota Komisi X DPR RI, Dinas Pariwisata Kabupate Bone, dan Narasumber.
  • Penampilan Budaya:
  • Lagu Daerah Bugis "Sitinaja Musalai" oleh Mersya Management. Lagu "Sitinaja Musalai" merupakan salah satu lagu tradisional dari Sulawesi Selatan, yang khususnya populer di kalangan masyarakat Bugis. Lagu ini memiliki latar belakang cerita yang kaya akan makna dan pesan moral. Secara umum, lagu ini mengisahkan tentang perjalanan hidup dan perjuangan seseorang dalam menghadapi berbagai tantangan dan ujian kehidupan. Melalui lirik dan melodi yang khas, lagu "Sitinaja Musalai" tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya Bugis yang berharga, tetapi juga menginspirasi pendengarnya untuk menghadapi kehidupan dengan semangat dan ketabahan yang tinggi.
  • Syair Bugis oleh Sanggar Mantra Bumi. Syair Bugis adalah bentuk sastra lisan tradisional yang berasal dari masyarakat Bugis, sering kali disampaikan secara lisan dan mungkin juga dinyanyikan, meskipun dalam bentuk aslinya biasanya berupa puisi lisan yang dilafalkan dengan ritme dan melodi tertentu. Selain sebagai bentuk sastra, syair Bugis juga merupakan bagian dari upacara adat, ritual keagamaan, dan perayaan tradisional masyarakat Bugis. Syair-syair ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memiliki peran dalam memperkuat identitas budaya dan mempertahankan nilai-nilai tradisional dalam masyarakat Bugis.
  • Ikrar Panglima Perang Bone oleh Sanggar Pribumi. Ikrar Panglima Perang Bone adalah sebuah ikrar atau sumpah yang terkenal dalam sejarah perjuangan rakyat Bone, Sulawesi Selatan, khususnya pada masa pemerintahan Arung Palakka. Arung Palakka merupakan seorang panglima perang yang memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda pada abad ke-17. Secara tradisional, ikrar ini sering kali diucapkan secara lisan dan disaksikan oleh para tokoh adat dan rakyat Bone yang turut serta dalam perjuangan melawan penjajah. Ikrar Panglima Perang Bone menjadi simbol keberanian dan semangat perlawanan masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan dalam mempertahankan wilayah dan nilai-nilai budaya mereka dari dominasi asing.
  • Pemaparan materi dari Narasumber, Bapak Singkeru Rukka, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sultan Amai Gorontalo, yang menyampaikan bahwa:
  • Seni tradisi khas Bugis di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, mencakup beragam aspek yang kaya akan nilai budaya dan sejarah. Beberapa seni tradisional khas Bugis yang dapat ditemui di Kabupaten Bone antara lain:
  • Tari Tradisional: Kabupaten Bone memiliki berbagai jenis tarian tradisional Bugis yang menggambarkan cerita-cerita sejarah, kehidupan sehari-hari, atau nilai-nilai budaya. Contoh tarian tradisional Bugis yang terkenal antara lain Tari Pakarena dan Tari Cakalele.
  • Seni Musik dan Lagu: Musik tradisional seperti gamelan Bugis dan alat musik tradisional lainnya sering digunakan dalam upacara adat, perayaan budaya, dan ritual keagamaan di Kabupaten Bone. Lagu-lagu tradisional Bugis juga sering kali memiliki lirik yang kaya akan filosofi dan makna-makna mendalam.
  • Seni Sastra Lisan: Puisi lisan atau syair-syair tradisional Bugis yang disampaikan secara lisan juga menjadi bagian dari warisan budaya lisan yang kaya di Kabupaten Bone. Syair-syair ini sering kali mengandung nasihat-nasihat kehidupan dan memuat kisah-kisah kepahlawanan.
  • Seni tradisi khas Bugis ini tidak hanya memperkaya budaya lokal di Kabupaten Bone, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan yang tertarik untuk mendalami kekayaan budaya dan sejarah masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan.
  • Penyerahan piagam penghargaan dari Kemenparekraf yang diserahkan oleh perwakilan Kemenparekraf kepada Narasumber dan para Sanggar Penampil.

C. BISA Fest: Pentas Kreasi Seni Tradisional

BISA Fest: Pentas Kreasi Seni Tradisional, yang dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2024, bertempat di Hotel Agri Bulukumba, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.

Kegiatan ini dihadiri oleh:

  1. Anggota Komisi X DPR-RI, Bapak Andi Muawiyah Ramly;
  2. Perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Ibu Titik Wahyuni, Analis Kebijakan Ahli Madya;
  3. Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bulukumba, Bapak Ferryawan Z Fahmi;
  4. Penggiat Seni dan Budaya, Bapak Andi M. Ichdar Y., selaku Narasumber;
  5. 65 orang peserta (60 Pelaku Seni Budaya dan Parekraf, 5 Dinas Pariwisata).

Rangkaian acara:

  • Registrasi peserta, kemudian pembukaan oleh MC.
  • Seluruh peserta menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
  • Penampilan pembuka Spirit Of Bahine Kajang oleh Sanggar Alfarabi Squad Bulukumba, yang merupakan sebuah tari kreasi baru yang di-adaptasi dari kehidupan Perempuan Kajang, yang mana menjunjung tinggi adat istiadat-nya dengan filosofi Tuo Kamase Mase (Hidup Secara Sederhana) serta kebiasaan menjaga keseimbangan alam semesta, dengan pola gerak dasar prosesi ritual suku kajang yang di kombinasikan dengan gerak pencak silat untuk mencipta harmoni gerak yang luwes namun terkesan tegas, menggunakan properti Balira, yang mana Balira ini merupakan salah satu instrument alat tenun yang juga berfungsi sebagai senjata pada zaman dahulu.
  • Sambutan Kepala Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bulukumba, Bapak Ferryawan Z Fahmi, menyampaikan bahwa:
  • Kabupaten Bulukumba memiliki berbagai potensi pariwisata yang bisa dikembangkan untuk menarik wisatawan nusantara dan mancanegara, diantaranya adalah pantai dan wisata bahari, budaya dan tradisi lokal, Wisata alam, Wisata kuliner, Wisata sejarah dan Festival Seni Budaya.
  • Dengan adanya penyelenggaraan acara BISA Fest: Pentas Kreasi Seni Tradisional seperti ini, diharapkan dapat menjaga dan mengembangkan seni tradisional ini, Bulukumba tidak hanya melestarikan warisan budayanya, tetapi juga meningkatkan daya tarik pariwisatanya.
  • Sambutan perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Ibu Titik Wahyuni, Analis Kebijakan Ahli Madya, yang menyampaikan bahwa:
  • Pengembangan festival seni budaya untuk pariwisata adalah langkah strategis yang dapat memperkenalkan kekayaan budaya lokal kepada wisatawan sekaligus meningkatkan perekonomian daerah. Beberapa contoh festival seni budaya yang ada di Bulukumba adalah Festival Phinisi, yang menampilkan proses pembuatan perahu Phinisi, pertunjukan tari dan musik tradisional, serta pameran kerajinan tangan dan kuliner local, Festival Budaya Kajang, yang menghadirkan adat dan tradisi masyarakat Kajang, termasuk upacara adat, tari-tarian, dan pakaian tradisional, dan Festival Gandrang Bulo, yang terfokus pada pertunjukan musik tradisional Gandrang Bulo dengan kompetisi dan workshop musik.
  • Dengan langkah-langkah strategis tersebut, festival seni budaya di Kabupaten Bulukumba dapat menjadi daya tarik utama bagi wisatawan, meningkatkan kesadaran akan kekayaan budaya lokal, dan memberikan dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat setempat.
  • Sambutan Bapak Andi Muawiyah Ramly, Anggota Komisi X DPR-RI, yang menyampaikan bahwa:
  • Pengembangan pariwisata di Kabupaten Bulukumba, terkini berfokus pada berbagai aspek yang melibatkan peningkatan infrastruktur, promosi budaya, serta pelestarian lingkungan dan warisan lokal. Kegiatan ini adalah wujud apresiasi kita terhadap seniman dan budayawan lokal yang telah berperan besar dalam menjaga dan mengembangkan budaya tradisional Kabupaten Bulukumba.
  • Dengan adanya penyelenggaraan kegiatan ini, diharapkan tidak hanya memberikan hiburan bagi masyarakat Kabupaten Bulukumba, tetapi juga menjadi momentum penting dalam upaya melestarikan budaya tradisional yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas daerah ini.
  • Peresmian pembukaan kegiatan BISA Fest: Pentas Kreasi Seni Tradisional oleh Bapak Andi Muawiyah Ramli, Anggota Komisi X DPR-RI.
  • Penyerahan cendera mata oleh Kemenparekraf kepada Anggota Komisi X DPR RI, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bulukumba, dan Narasumber.
  • Penampilan Budaya:
    • Penampilan Tari Tope Le'leng oleh Sanggar Seni Budaya Turiolo Kajang. Tarian dari suku Kajang di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Kata "tope" artinya sarung dan "le'leng" artinya hitam, jadi "tope le'leng" berarti sarung hitam. Sarung hitam ini merupakan ciri khas dan sesuatu yang sakral bagi masyarakat Kajang, dan mereka menggunakannya setiap hari. Perempuan Kajang wajib menguasai keterampilan menenun sarung hitam sebelum menikah, dan mereka menenunnya sendiri dengan menggunakan pewarna alami.
    • Penampilan Pakarannu oleh UKM Seni Rebba Sipatokkong STAI Al-Gazali Bulukumba. Tarian ini menggambarkan keindahan dan keanggunan perempuan Bugis dalam menyampaikan perasaan rindu dan kerinduan. Tarian Pakarannu dimulai dengan gerakan-gerakan lembut dan mengalir, menggambarkan keindahan alam dan cinta yang dirindukan. Gerakan-gerakan tersebut juga melambangkan kelembutan dan keanggunan perempuan Bugis.para penari menggambarkan perasaan rindu dengan ekspresi wajah yang lembut dan gerakan tangan yang mengalir. Dalam tarian ini, para penari menggunakan kostum tradisional yang indah dan mengenakan perhiasan yang memperkuat kesan elegan.
    • Tari Empat Etnis oleh Sanggar Seni Saorajae. Tari empat etnis adalah tarian yang berasal dari tanah Sulawesi Selatan, tarian ini merupakan gabungan dari empat etnis terbesar yang ada di Sulawesi Selatan, Yaitu Makassar, Bugis, Mandar, dan Toraja. Pakaian, gerakan, dan serta musik yang terdapat dalam tari empat etnis merupakan perpaduan dari ke empat etnis tersebut. Pakaian adat yang digunakan diwakili oleh masing-masing penari merepresentasikan dari masing-masing etnis. Setiap pergantian tarian, musik daerahnya pun bergantian sesuai ciri khas etniknya.
  • Pemaparan materi dari Narasumber, Bapak Andi M. Ichdar Y., Penggiat Seni dan Budaya, yang menyampaikan bahwa:
  • Pengembangan kreasi seni tradisional di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, mencakup berbagai aspek kebudayaan dan seni yang bertujuan untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya lokal. Bulukumba dikenal dengan keanekaragaman budaya dan seni tradisional yang kaya, seperti tari-tarian, musik, kerajinan tangan, dan upacara adat. Berikut adalah beberapa upaya dan strategi dalam pengembangan kreasi seni tradisional di Bulukumba:
  • Pelestarian Tari Tradisional
  • Tari Paduppa: Tari penyambutan tamu yang sering ditampilkan dalam acara-acara resmi dan budaya. Pelatihan dan pertunjukan tari ini dapat dilakukan untuk generasi muda.
  • Tari Pepe-pepeka Ri Makka: Tarian yang menggambarkan perjuangan masyarakat Bulukumba, dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan sanggar-sanggar seni.
  • Pengembangan Musik Tradisional
  • Gandrang Bulo: Musik tradisional menggunakan alat musik seperti gendang dan seruling. Mengadakan festival musik tradisional dan kompetisi untuk menarik minat masyarakat.
  • Kerajinan Tangan dan Seni Rupa
  • Pembuatan Perahu Phinisi: Bulukumba terkenal dengan keahlian pembuatan perahu Phinisi. Melibatkan generasi muda dalam proses pembuatan untuk memastikan keterampilan ini tidak punah.
  • Tenun Tradisional: Mempromosikan tenun tradisional dengan desain-desain modern untuk menarik pasar yang lebih luas.
  • Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, pengembangan kreasi seni tradisional di Kabupaten Bulukumba dapat terus berlanjut dan menjadi bagian integral dari identitas budaya serta sumber kebanggaan bagi masyarakat setempat.
  • Penyerahan piagam penghargaan dari Kemenparekraf yang diserahkan oleh perwakilan Kemenparekraf kepada Narasumber dan para Sanggar Penampil.

Kesimpulan:

  1. Kegiatan BISA Fest: Gelar Budaya Khas Sulawesi Selatan, BISA Fest: Semarak Seni Tradisi Khas Bugis, dan BISA Fest: Pentas Kreasi Seni Tradisional bertujuan memberikan inspirasi serta motivasi, tentunya memperluas wawasan khususnya bagi para seniman seni tradisional untuk turut berpartisipasi dan berkolaborasi dalam menggali, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai seni tradisional di Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, dan Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
  2. Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan para peserta dapat mengimplementasikan materi dan masukan yang disampaikan oleh narasumber, menjaga optimisme dan semangat dalam mempromosikan seni tradisional daerah yang akan berujung pada peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Maros, Kabupaten Bone, dan Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan.
Vitria Narwastu

© 2024 Data & Informasi. Design by HTML Codex