Hari Tari Dunia 2024 Toraya Ma’Gellu’

Event Hari Tari Dunia 2024 Toraya Ma’Gellu’ diselenggarakan pada tanggal 14 s.d 15 Juni 2024, di Tongkonan Buntu Pune, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambaran Umum

  • Dalam rangka memperingati Hari Tari Dunia yang diperingati setiap tanggal 29 April, Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) DPC Toraja Utara ingin mengulang kembali kesuksesan Hari Tari Dunia Toraya Ma’Gellu’ sebelumnya (tahun 2022 dan 2023) dengan mengadakan event ini lagi pada tanggal 14 – 15 Juni 2024, di Tongkonan Buntu Pune, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.
  • Tujuan diselenggarakan event ini akan membantu membangun atraksi seni budaya khususnya kesenian yang ada di Toraja yang merupakan salah satu elemen penting dalam menunjang perkembangan di bidang pariwisata. Program-program acara yang ada dalam kegiatan ini sangat di harapkan dapat menciptakan berbagai kolaborasi kearifan lokal dengan budaya masa kini.
  • Rangkaian Event Hari Tari Dunia Toraya Ma’Gellu’ 2024, antara lain sebagai berikut: Pagelaran tari kreasi dan tari tradisi Indonesia, kolaborasi seni (tari dan lukis), fashion show, kirab dan penampilan budaya pelajar, tari masal, Workshop Tari tentang “Teknik Gerak Tari” dan “Manajemen Pertunjukan Tari”, dan Pameran Produk UMKM (kuliner & kerajinan).

Rangkaian event Hari Tari Dunia 2024 Toraya Ma’Gellu’, antara lain sebagai berikut:

Hari 1, Jumat, 14 Juni 2024

Rangkaian eventnya, antara lain:

  • Workshop Tari “Tari dan Teknik Gerak Tari” – Ridwan Aco’ di Aula Kampus UKI Toraja
  • Beauty Class  “Korean Make-Up Look” oleh Tim OMG (Oh My Glam) – Produk Make-Up, di Aula Kodim Rantepao
  • Seremonial Pembukaan dan Gelar Tari
  • Seremonial Pembukaan dan Gelar Tari

Berikut rangkaian acaranya:

  • Pembukaan oleh MC: Patrick dan Goldy
  • Menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” dan lagu nasional “Padamu Negeri”
  • Doa Pembuka
  • Laporan Panitia
  • Sambutan Ketua MASATA DPC Toraja Utara
  • Apresiasi kepada Kemenparekraf, pemerintah daerah dan OPD Kab. Toraja Utara dan Provinsi Sulawesi Selatan
  • Event Toraya Ma’Gellu’ tahun ketiga dan Toraja Highland tahun keempat
  • Sponsorship: Wings, Djarum, telkom Indonesia, Bank Sulselbar, Consina, PLN, & PDAM 
  • Tadi pagi sudah terlaksana 2 workshop, besok fashion show karya desainer dan model asal Toraja
  • Sabang, Penajam, sulteng, luwuk timur, luwuk utara, dll
  • Para penampil sukarela biaya sendiri, panitia hanya menyediakan penginapan.
  • Melestarikan budaya, menumbuhkan rasa bangga dan kepemilikan masyarakat pada budaya dan seninya.
  • Bangga bahwa Toraja Utara memiliki event perayaan Hari Tari Dunia, yang kabarnya akan diikuti kabupaten-kabupaten lain.
  • Sambutan Bupati Toraja Utara, yang diwakili Asisten II Administrasi Umum Pemerintah Daerah Kabupaten Toraja Utara, Bapak Drs. Samuel Sampe Rompon, MM. yang menyampaikan apresiasi MASATA yang melestarikan budaya Toraja dan mampu memberikan wadah bagi generasi muda Toraja untuk berkegiatan seni dan budaya.
  • Kolaborasi Seni: Paduan suara anak Harmony children choir, Kinawa Arts live painting, Band Kinaya Band, dan tari kontemporer oleh Ridwan Aco’ dan  penari Toraja lainnya, serta Tenri dari Sabang Aceh.
  • Flashmob let’s dance together
  • Gelar Tari:
    1. SMPN 1 Rantepao – Tari Pa’Gellu’ Tua, salah satu tarian tradisional Toraja, dengan keunikannya yaitu penari yang menari di atas gendang yang sedang ditabuh.
    2. Sanggar Tari Meloni Art (Kab. Luwu Timur) – Tari Mangrambadena, yang menggambarkan kegiatan bertani, mengusir burung pipit dari persawahan, agar tidak menghabiskan tanaman padi
    3. Sanggar Banua Malaqbi’ (Majene) – Tari
    4. SMPN 3 Buntao’ – Tari Pak Tanun Toraya, yang menceritakan mengenai kegiatan menenun kain tenun toraja. Juara 1 tari kreasi tingkat Kabupaten Toraja Utara.
    5. Sanggar Seni Pujangga Wonomulyo (Kab. Polewali Mandar, Prov. Sulawesi Selatan), tari Atepu … menceritakan sumur 3 rasa atau sumur jodoh di karampuang.
    6. Sanggar Seni Alfarabi (Kab. Bulukumba, Prov. Sulawesi Selatan) – tari buta sumange (tanah yang penuh semangat) yang menceritakan keanekaragaman etnis & suku di Bulukumba.
    7. Sanggar Seni Tipalayo Mammesa Polman – Tari Sara Tandokdo (kasih tak sampai) yang terinspirasi dari buku cerita lokal polman yang menceritakan mengenai putri .. yang menikahi saudara sedarah
    8. SMP Katolik Rantepao – Tari Kandian dulang
    9. Sanggar Seni Sureq Mariri (Kab. Polewali Mandar, Prov. Sulawesi Selatan) – Tari Sara Silale, menceritakan mengenai hubungan cinta yang berkhianat dan berakhir tragis.
    10. Kana Art (Sabang) – Tari kreasi
    11. Vovassangayu Production (Sulawesi Barat) – Tari Padegdeg, yang menceritakan kehidupan orang Kaili, orang gunung yang hidup di hutan dan memiliki kekuatan gaib
    12. Bagaya Art Performance (Pinrang) – Tari Puja Kiara, yang terinspirasi dari 3 suku (Maki Dayak Toraja) yang hidup di daerah pedalaman. Suku Maki proses membuat kain tenun sekomandi. Dayak menganggap burung enggamg sebagai lambang kesuburan kemakmuran, sebagaimana kerbau babi ayam di Toraja, yamg berhubungam dengan Tuhan.
  • Quiz berhadiah dari sponsor OMG (Oh My Glam)
  • Penampilan penutup oleh Kinaya Band

Hari 2, Sabtu, 15 Juni 2024

Rangkaian eventnya, antara lain:

  • Fashion Show
  • Musik akustik
  • Gelar Tari
  • Seremonial Penutupan
  • Fashion Show

Di area tongkonan Buntu Pune, dimulai pukul 16.45 WITA, menampilkan karya-karya 3 desainer Toraja, sebagai berikut:

1) Desainer: Putri Ramadhany A.

Karya: Tana Bulaan

2) Desainer: Donna Dee

Karya: Pio Etnik

3) Desainer: Jenny Yan

Karya: 8Karua Toraja

Model spesial: istri-istri pejabat pemerintah daerah Kab. Tana Toraja & Toraja Utara (Wabup, komandan Kodim, Kacapjari Toraja Utara, Ketua Pengadilan Negeri Tana Toraja, Kapolres, dll)

  • Penampilan musik akustik

Artis lokal : Mae Karaeng

  • Gelar Tari
    1. SD Katolik Rantepao – Tari Kopi, yang menceritakan petani kopi dalam proses berkebun kopi.
    2. Kinawa Art Studio 1 – Tari tradisional Pa’Gellu’ Tua & tari kreasi 
    3. PGSD UKI Toraja – Tari Batina Lebona, cerita rakyat Toraja yang menjunjung tinggi adat aiatiadat dan kisah cinta Lebona dan Parengkang.
    4. Komunitas Gellu’ Toraya -Tari kreasi yang terinspirasi kekompakan kelincahan anak toraja dalam melestarikan budaya.
    5. Kinawa Art Studio 2 – Tari kreasi 4 etnis (Bugis, Makassar, Mandar, Toraja)
    6. Kinawa Art Studio 3 – Tari Papan Pangan, tari pada prosesi ritual rambu
    7. SMPN 2 Rantepao – Tari yang menceritakan mengenai prosesi mangriuk batu simbuang dalan prosesi rambu solo’, yang dilakukan bergotong royong. Batu simbuang adalah batu simbol kenangan bagi keluarga yang ditinggalkan mendiang.
    8. Jackzo Art School (Luwu Utara) – Tari Jaromna Torongkong, tradisi prosesi kematian bangsawan suku rongkong.
    9. SMPN 1 Rantepao – Musik Etnik menggunakan alat music tradisional toraja, “musik untuk negeriku”
    10. SMPN 1 Rantepao – Tari Taseke Kasandian yang terinspirasi dari kandian dulang.
    11. Sanggar Seni Antero (Penajam Passer Utara (PPU), Prov. Kalimantan Timur) – Tari Nondoy, tradisi suku paser untuk tolak bala.
    12. Borneo Art / Seni Tari UNM (Kalimantan Utara) – Tari Bangkawan, yang menceritakan tentang Bangkawan, yaitu rumah-rumahan kecil berisi tengkorak yang terletak di depan rumah/kampung untuk memberikan semangat/kekuatan dan kemakmuran untuk seluruh isi rumah/kampung.
  • Seremonial Penutupan

Berikut rangkaian acaranya:

  • Penyerahan cenderamata dari Pemda Penajam Passer Utara (PPU) kepada Wakil Bupati Toraja Utara, Ketua MASATA DPC Toraja Utara, dan Ketua Panitia HTD 2024 Toraya Ma’Gellu’.
  • Penyerahan plakat penghargaan dari Wakil Bupati Toraja Utara kepada Ridwan Aco’, narasumber workshop di UKI
  • Peresmian penutupan event HTD 2024 Toraya Ma’Gellu’ oleh Wakil Bupati Toraja Utara, Bapak Frederik Victor Palimbong yang menyampaikan apresiasinya pada penyelenggaraan HTD Toraya yang ketiga kalinya ini, sebagai upaya pelestarian budaya. Harapannya bisa berkelanjutan dan menjadi kalender event nasional seperti Toraja International Festival (TIF) dan Toraja Highland.
  • Flashmob
  • Penampilan penutup dari DJ Ucup.

Hybrid Event

Selain dikunjungi langsung di lokasi, event ini diselenggarakan secara _hybrid_, bisa ditonton secara _live streaming_ di akun YouTube Toraja Livestreaming, berikut tautannya:

Hari 1: https://www.youtube.com/live/jWhDrPceQyc?si=5XIv7GMkc3jwwzg5

Hari 2: https://www.youtube.com/live/15g4HTnPa5E?si=ilfMBXvZFOi-aEiU

Per tanggal 18 Juni 2024, pukul 15.00 WIB _viewers_-nya masing-masing video di bawah 1000.

Upaya Promosi publikasi

  • Promosi konvensional dengan cara lisan dari orang ke orang
  • Baliho dan spanduk di sekitar lokasi
  • Publikasi di media sosial

Bentuk Dukungan Kemenparekraf

  • Video Taping Menparekraf
  • Publikasi di own media – media sosial Kemenparekraf
  • Sarana prasarana
    1. Lighting
    2. Sound system
    3. Panggung

Evaluasi dan Kesimpulan

  1. Koordinasi dengan MASATA DPC Toraja Utara dan Panita Hari Tari Dunia (HTD) 2024 Toraya Ma’Gellu cukup baik dan lancar, walaupun dari pihak Panitia kurang responsif, tapi bisa diback-up dengan baik oleh MASATA.
  2. Pelaksanaan Acara (Kesesuaian Konsep, Konsistensi Pelaksanaan, Operasional dan Mitigasi)
    • Sudah menerapkan strategi sponsorship dari berbagai pihak dari berbagai sektor usaha.
    • Upaya promosi publikasi masih minim. OOH hanya di sekitar lokasi saja. Penunjuk arah hanya ada di pintu masuk lokasi event saja. Namun hotel/penginapan di Toraja Utara terinformasi dan turut membantu menginformasikan kepada para tamunya yang menginap, sehingga tampak ada beberapa wisawatan asing yang ikut menonton. Sudah memiliki akun event media sosial (Instagram), dengan followers sekitar 1,2K, namun masih belum mengoptimalkan _engagement_-nya, _feedback_-nya juga masih rendah, rata-rata likes terbanyak masih di bawah 500, komentarnya pun paling banyak di kisaran 5 komentar di tiap post.
    • Tidak memilki rencana mitigasi risiko. Masih sama seperti penyelenggaraan sebelum-sebelumnya, dilaksanakan _outdoor_ dan berisiko hujan, tidak ada rencana alternatif jika hujan turun selain hanya menunggu hujan reda, dan dari Panitia tidak memilki rencana antisipasi tempat berteduh bagi pengunjung jika kehujanan.
    • Gelaran tari khususnya di hari kedua lebih menjadi ajang tampilnya anak-anak pelajar/perwakilan sekolah/sanggar, hanya sedikit dari penari profesional/tradisi. Dari hasil tanya jawab MC dengan para pengisi acara, waktu persiapan/latihan para penampil hanya dalam kurun waktu 2 bulan, bahkan ada yang cuma persiapan latihan 2 hari saja. Gelaran tari diramaikan sorakan keluarga dan teman. Segmentasi pengunjung yang hadir pun lebih ke keluarga dari penampil, dan bukannya wisatawan.
  3. Inovasi dan Kreatifitas (Dekorasi, Konten, Venue, Bedanya dengan acara sebelumnya)
    • Penampilan hiburan dan kesenian sesuai konten event dan dari berbagai daerah, tidak hanya dari lokal Toraja saja dan tidak hanya dari 1 sektor tari saja, tapi dari berbagai seni dan budaya lainnya.
    • Konten event masih kurang sebagai event pariwisata, lebih ke pelestarian budaya, upaya menggiatkan pelajar/generasi muda dan sarana promosi sanggar seni budaya. Rangkaian event pendampingnya berupa workshop lebih untuk memberi edukasi dan pengembangan SDM. Akan lebih tepat jika jika bekerja sama dengan Kementerian/Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Bukan event pariwisata yang menyasar target kunjungan wisatawan.
    • Dekorasi kelokalan ada menggunakan bahan alami bambu. Namun masih terbatas pada panggung dan gerbang masuk saja. Penggunaan area Tongkonan sebagai venue fashion show juga baik, selain mendayagunakan dekorasi permanen dengan efisien, namun kurang dipersiapkan dengan optimal, terlalu alami apa adanya. Tenda tenant masih memakai tenda sarnavil.
    • Acara dimulai tidak tepat waktu, seremonial pembukaan mundur lebih dari 45 menit dari rencana. Hari kedua mundur 1,5 jam. Karena memang kondisi belum siap, masih persiapan, loading barang, check sound, dan pengisi acara belum semuanya hadir.
    • Selama 3 kali penyelenggaraan sejak tahun 2022, terjadi beberapa upaya perubahan konsep event: dari Toraya Ma’Gellu’ (2022) yang terdapat rangkaian event tari massal dan  tari 24 jam, kemudian menjadi Toraja Bercerita (2023) yang lebih menekankan story telling, kemudian Kembali ke Toraya Ma’Gellu’ (2024) namun tanpa rangkaian event tari massal dan  tari 24 jam, dengan inovasi adanya fashion show) namun dirasa masih belum ada yang cukup matang dan cukup menarik wisatawan. Pengunjung masih lebih dari masyarakat lokal dan keluarga/teman penampil lokal atau pun kalau dari luar daerah adalah pengiring/pendamping dari para penampil yang dari luar daerah.
    • Masih belum memiliki keunggulan dan keunikan yang kuat dibandingkan event tari dunia lainnya yang mampu menggerakkan kunjungan wisatawan.
  4. Amenitas dan Aksesibilitas Partisipasi UMKM
    • Amenitas tersedia cukup.
    • Aksesibilitas jarak sekitar 300 km dari Makassar/bandara Sultan Hasanuddin, membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam menggunakan transportasi darat. Sedangkan jarak dari Bandara Toraja di Kabupaten  Tana Toraja sekitar 35 km, membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam menggunakan transportasi darat. Alternatif lain dari Bandara I La Galigo di Kabupaten Palopo berjarak sekitar 78 km, membutuhkan waktu lebih dari 2 jam menggunakan transportasi darat.
    • Ekraf banyak di bagian dekorasi di panggung utama dan gerbang masuk, serta kostum dan aksesori pendukung acara serta partisipan bazaar.
    • Partisipasi UMKM ada, namun hanya 2 tenda penjual produk ekraf (baju, tas, kaos, dll), selain itu menjual makanan kekinian.

Secara umum Hari Tari Dunia 2024 “Toraya Ma’gellu’” telah terselenggara dengan baik, namun perlu pengembangan konten rangkaian eventnya dan pengemasan eventnya agar mampu menarik wisatawan luar daerah apalagi luar negeri untuk mengunjungi event ini.

Author: Vitria Narwastu

Tinggalkan Balasan