Focus Group Discussion (FGD) di Medan (online)

Kegiatan Focus Group Discussion Penyusunan Kajian Subvention MICE Dalam Rangka Pengembangan Strategi MICE Medan pada tanggal 21 Juli 2022 melalui zoom meeting.

✅Kegiatan dihadiri oleh :
1. Ibu Masruroh, Direktur Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran – Kemenparekraf RI
2. Bpk. Agus Suriyono, Kadispar Kota Medan
3. Perwakilan dari Badan Otorita Danau Toba
4. Bapak Robby Hasan, Koordinator Strategi dan Kemitraan MICE – Kemenparekrf RI;
5. Bapak Rahmat Aminullah Muhadli, Sub Koordinator Kajian Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events);
6. Staf Koordinator Kajian Strategis III;
7. Staf Koordinator Strategi dan Kemitraan MICE.
8. Stakeholders MICE yang terdiri dari perwakilan Asosiasi, Industri, Akademisi dan Disparprov dan Disparkot Yogyakarta;

Fasilitator dari MICE CENTER :
1. Bapak Fauzi Mubarak, Ketua Program Studi MICE Politeknik Negeri Jakarta;
2. Bapak M. Iqbal Katik Rajo Endah, Dosen MICE Politeknik Negeri Jakarta;
3. Bapak Imam Syafganti, S.Sos., M.Si., Direktur MICE Center Politeknik Negeri Jakarta.
4. Bapak Firman Syah S.Sos.I., MM., Dosen Program Studi MICE Politeknik Nejeri Jakarta

✅ Rangkaian Acara :

1️⃣ Sambutan sekaligus pembukaan oleh Ibu Masruroh, Direktur Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran – Kemenparekraf RI;

  • Setelah 2 tahun masa-masa sulit pandemi dan walaupun saat ini pandemi masih berlangsung, kita sudah waktunya bangkit membuat strategi pengembangan pariwisata khususnya MICE
  • Tujuan kegiatan ini untuk mengidentifikasi kebutuhan yang bisa didukung pemerintah pada suatu proses penyelenggaraan event MICE mulai dari bidding hingga post event.
  • Kemenparekraf sudah melakukan desk research dengan melakukan benchmarking terhadap kompetitor untuk melihat apa saja subvensi yang mungkin bisa kita terapkan di Indonesia.
  • Untuk itu dengan FGD ini kami juga ingin mengkonfirmasi apakah subvensi yang selama ini telah diberikan tepat sasaran, tepat manfaat sesuai dengan yang dibutuhkan.

2️⃣ Pemaparan oleh Bapak Muhammad Iqbal Katik – Fasilitator dari Politeknik Negeri Jakarta (PNJ)

  • Benchmark Program Subvensi yang dilakukan dari beberapa negara yaitu : Taiwan, Vietnam, Thailand, United Kingdom, Australia, Malaysia, Singapore dan Austria dengan kriteria negara pesaing Indonesia terdekat, negara yang memiliki jumlah meeting terbanyak di Asia Pasifik, Eropa, dan di dunia versi ICCA.
  • 7 Kluster Subvensi yang dirangkum dari benchmarking : Human Resources Development, Venue and Infrastructure Development, Bidding Support, Marketing and Promotion, Privilege Access, Financial Grant, Provision and Improvement of Technology

3️⃣ Sesi Diskusi yang dipandu oleh fasilitator Bapak Muhammad Iqbal Katik. Pembahasan dibagi menjadi 3 bagian yaitu : Pre Event, During Event dan Post Event

  • Medan memiliki potensi MICE namun belum maksimal, terutama perlu peningkatan kapasitas SDM dan infrastruktur MICE terutama venue serta jaringan internet
  • Event MICE di Sumatera Utara 70% masih bersifat lokal yang mayoritas diselenggarakan oleh pemerintahan.
  • Untuk Event Pameran sebaiknya lebih ke B2B bukan B2C dengan tema multikultural, perkebunan, energi terbarukan dan lain-lain.
  • Dukungan dari Dinas Pariwisata Kota Medan bagi organizer yang mendatangkan wisman lebih dari 100 orang akan didukung seperti gala dinner,dll. Namun dikarenakan pandemi dan refocusing anggaran masih belum berjalan maksimal.
  • Perlu memanfaatkan peluang kolaborasi pada penyelenggaraan seminar internasional akademik atau juga summer course yang diadakan salah satunya oleh Universitas Sumatera Utara, hal ini perlu dukungan dan perhatian dari pemda dan kolaborasi dengan para pelaku industri MICE.
  • ASITA memberikan dukungan dalam hal mengkoordinasikan kebutuhan anggotanya terkait kemudahan dibandara, fast track, penjemputan dan ruang tunggu VIP.
  • Industri Pameran berharap bahwa dari pemerintah dapat menginisiasi suatu event yang awalnya menjadi event pemerintah tapi selanjutnya akan dilanjutkan oleh orang-orang lokal medan menjadi event tahunan.
  • Untuk venue MICE saat ini masih mengandalkan venue hotel belum ada stand alone venue yang memadai.
  • Terkait regulasi perlu selalu diupdate dan di sosialisasikan sampai ke daerah tidak hanya dikota-kota besar agar regulasinya diketahui oleh para pelaku.

Author:

Tinggalkan Balasan