Seminar dan Lokakarya Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia

Yth. Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events)
Cc: Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pameran (MICE).

Mohon izin menyampaikan laporan pendukungan kegiatan Seminar dan Lokakarya Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia secara hybrid selama 3 hari mulai tanggal 7 April 2021 hingga 9 April 2021 di Omah Mbudur, Desa Wanurejo, Kab. Magelang. Jawa Tengah dan platform Zoom yang diikuti oleh peserta sebanyak 30 orang offline dan 600 orang online
1. Kegiatan ini dihadiri oleh:
a. Ibu Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR RI.
b. Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.
c. Bapak Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
d. Bapak Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UMKM.
e. Ibu Rizki Handayani, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara     Kegiatan (Events).
f. Bapak Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
g. Bapak Nanda Cahyadi Pribadi, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Magelang.
h. Bapak Mohammad Amin, Direktur Industri Kreatif, Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan.
i. Prof. Melani Budianta, Phd. (pakar cultural studies).
j. Nur Kotimah, MA (pakar arkeologi).
k. M. Dwi Cahyono,M.Hum (pakar sejarah).
l. Dr. Lono Lastoro Simatupang (pakar antropologi).
m. Dr. Haryanto M.Si (pakar etnomusikologi).
n. Budi Setiawan G. (dosen seni).

2. Maksud dan Tujuan Kegiatan
Seminar dan Lokakarya Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia dimaksudkan untuk menghasilkan jurnal ilmiah mengenai konstelasi alat musik dan kehidupan musik di masa lampau yang terpahat di relief Candi Borobudur dan relevansinya bagi pelestarian Borobudur masa kini. Pada kegiatan tersebut ditampilkan juga pertunjukan musik dari berbagai alat musik yang telah dikumpulkan berdasarkan relief candi dan serta replikanya oleh Sound of Borobudur Orchestra dan site visit ke Candi Borobudur.

3. Pelaksanaan Kegiatan
Hari I , Rabu 7 April 2021
Agenda Kegiatan :
a. mengunjungi Candi Borobudur untuk melihat secara langsung relief yang menunjukkan berbagai alat musik, baik yang dimainkan secara tunggal maupun secara assemble.
b. Welcome dinner yang dihadiri oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Magelang dan Direktur Industri Kreatif, Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan.

Hari II, Kamis 8 April 2021
Agenda Kegiatan:
a. Menyanyikan Lagu Kebangsaaan Indonesia Raya
b. Sambutan Purwa Tjaraka, Trie Utami, Dewa Budjana dan Budi Setiawan G. Pandawa dari the Sound of Borobudur.
Purwa Tjaraka menyampaikan :
– Latar belakang dilaksanakannya kegiatan the Sound of Borobudur yaitu untuk mendentangkan berbagai alat musik yang terdapat di relief Candi Borobudur sekaligus untuk membuat sebuah kajian ilmiah sebagai dasar untuk membuat gerakan Sound of Borobudur yang sangat besar manfaatnya bagi pelestarian dan pemanfaatan cagar budaya.
– Inisiasi yang dilakukan oleh Sound of Borobudur adalah untuk menghidupkan jiwa Borobodur melalui musik.
– Interpretasi relief Candi Borobudur melalui musik diharapkan makin meningkatkan kebanggaan kita terhadap Borobudur, memperkuat jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar serta memberikan kesejahteraan bagi masyarakat. Dengan demikian, Borobudur tidak dijadikan sekadar spot selfie, tapi sebagai sumber inspirasi, pengetahuan dan kesejahteraan bangsa ini.
– Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemenparekraf yang telah mendukung penuh kegiatan Seminar dan Lokakarya Borobudur sebagai Pusat Musik Indonesia.
– Melalui kegiatan ini dapat diharapkan menjadi titik awal untuk kolaborasi lebih lanjut dengan semua pemangku kepentingan.

Dewa Budjana menyampaikan:
– The Sound of Borobudur merupakan upaya untuk menginterpretasikan relief Candi Borobudur dengan cara baru yaitu melalui bunyi-bunyian sehingga relevan bagi audiens yang baru.
– Ada 12 lagu yang telah digubah untuk merekonstruksi bagaimana alat-alat musik yang terdapat pada relief batu dapat berbunyi dan membuat komposisi yang indah.
– Ada 40 alat musik yang telah dikumpulkan dari 34 provinsi dan 40 negara di dunia dan 21 musik alat yang telah dibuatkan replikanya untuk didentangkan
– Diharapkan interpretasi Borobudur melalui musik akan lebih relevan bagi generasi muda untuk mempelajari dan menggali pengetahuan dari Borobudur serta menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan, serta berkontribusi untuk kelestarian Borobudur.
Trie Utami menyampaikan bahwa Borobudur harusnya menjadi sumber insipirasi dan menerangi kehidupan masyarakat sekitarnya. Borobudur adalah jejak peradaban dan mengajak kita melihat kembali kepada jati diri kita sebagai bangsa yang besar.
Budi Setiawan G. menyampaikan Borobudur adalah tempat untuk mempelajari masa lampau agar dapat melangkah di masa yang akan datang. Sebagai pewaris Borobudur kita perlu menggalinya lebih dalam dan berkontribusi untuk melestarikannya.
b. Sambutan sekaligus Pembukaan oleh Bapak Sandiaga Uno, Menparekraf RI secara tapping.
Menparekraf menyampaikan apresiasi atas inisiasi terselenggaranya Seminar dan Lokakarya Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia oleh para founder the Sound of Borobudur yang mendukung pengembangan DSP Borobudur sebagai destinasi berkualitas dan berkelanjutan dengan melibatkan berbagai stakeholder, termasuk akademisi, komunitas masyarakat, seniman dan budayawan. Apresiasi juga disampaikan atas pelaksanaan kegiatan yang telah menerapkan panduan CHSE sehingga turut menyosialisasikan panduan CHSE yang telah disusun Kemenparekraf. Diharapkan hasil seminar dan lokakarya juga bermanfaat bagi pengembangan kebijakan sektor ekonomi kreatif.
c. Show case pertunjukan musik the Sound of Borobudur yang membawakan 3 lagu yaitu Jataka, Lan E Tuyang, dan Indonesia Pusaka

d. Sesi government talks
Sesi government talks dilaksanakan dengan menghadirkan narasumber yaitu:
1) Ibu Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR RI.
2) Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah
3) Bapak Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
4) Ibu Rizki Handayani, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan
Pada sesi ini pembahasan adalah sbb:
a.) Ibu Lestari Moerdijat, Wakil Ketua MPR RI mengapresiasi the Sound of Borobudur yang telah berhasil mengintepretasikan relief candi menjadi sebuah musik yang indah. Juga mengapresiasi kegiatan seminar dan lokakarya yang membuka kesempatan untuk bertukar pikiran dan menggali Borobudur sebagai sumber pengetahuan.
b.) Bapak Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah mengapresiasi the Sound of Borobudur dan diharapkan musik yang ditampilkan dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk mempelajari dan memainkan alat-alat musik itu sehingga menciptakan ruang kolaborasi untuk berkarya dengan alat-alat musik tersebut, yang juga akan menghidupkan seni-seni pertunjukan di Jawa Tengah serta besar manfaatnya bagi pariwisata.
c.) Bapak Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyampaikan
apresiasi ide untuk membunyikan alat-alat musik dari relief di Candi Borobudur. Penggalian terhadap Borobudur sebagai sebuah perpustakaan besar yang berisi berbagai ilmu pengetahuan, termasuk musik perlu terus didorong karena apa yang dilakukan saat ini berdampak besar tidak hanya bagi masa kini tapi juga untuk generasi mendatang, untuk menemukan solusi berdasarkan pengetahuan tradisional dan juga menumbuhkan kebanggaan dan memperkuat jati diri sebagai bangsa yang besar.
d.) Ibu Rizki Handayani, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events) yang menyampaikan:
– apresiasi kepada para inisiator the Sound of Borobudur yang telah berhasil menciptakan komposisi musik yang luar biasa berdasarkan intrepretasi dari relief batu yang tidak berbunyi,
– apresiasi atas inisiatif ini karena bermanfaat untuk inovasi produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang lebih memiliki storynomic, mengutamakan unique experience dan engagement dengan masyarakat, serta bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Model pengembangan yang berbasis masyarakat diharapkan juga dijadikan contoh untuk pengembangan DSP lainnya yang menjadi destinasi berkualitas dan berkelanjutan.
– Interpretasi terhadap Borobudur harusnya tidak hanya dikaitkan dengan agama tertentu karena Borobudur menyimpan nilai-nilai universal dan sangat tepat sekali menggunakan musik untuk menginterpretasikannya karena musik adalah bahasa universal yang dapat diterima mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan seluruh kalangan masyarakat.
– Kemenparekraf berkomitmen membawa the Sound of Borobudur untuk diperdengarkan lebih luas lagi sebagai sebuah nyanyian bangsa yang besar, dan yang terdekat adalah menampilkannya pada peringatan HUT RI ke-76.

e. Sesi paparan dan diskusi dengan para pakar:

1) Prof. Melani Budianta, Phd.
– Penemuan Borobudur menunjukkan peradaban yang tinggi dan mencengangkan dunia yang muncul 46 tahun sebelum Angkor Wat. Borobudur saat ini harusnya tidak hanya menjadi artefak fisik dan sunyi dan melalui reinterpretasi sound scape menjadi inovasi yang menarik dalam membunyikan Borobudur untuk masa depan.
– Terkait dengan Borobudur sebagai pusat musik dunia, kita perlu mempertanyakan arti kata pusat. Dalam pendekatan cultural studies pusat terkait dengan relasi kuasa, ketika ada pemusatan maka ada peminggiran.
– Jika melihat konstelasi pusat musik dunia, negara-negara di utara masih mendominasi sebagai pusat musik (jazz, orchestra, rhumba dll). Asia Tenggara, bahkan Indonesia belum masuk dalam konstelasi pusat musik.
– Terkait musik tradisional, diplomasi bunyi kita di luar negeri cukup berhasil dibuktikan dengan banyaknya pusat pelatihan gamelan di berbagai negara, bahkan gamelan city of the world ada di kota Muenchen. Namun di dalam negeri sendiri, justru makin sedikit yang ingin belajar musik tradisional.
– Gerakan the Sound of Borobudur menjadikan Borobudur sebagai lumbung budaya nusantara yang menghimpun sumber daya budaya yang terdapat di Candi Borobudur untuk kesejahteraan masyarakat luas.
– Pengetahuan masa lampau perlu dimutakhirkan agar bermanfaat dan relevan bagi masa kini dengan berkolaborasi dan bergotong royong untuk dinikmati banyak orang, inklusif dan mendorong kita makin percaya diri sebagai bangsa yang besar membuat inovasi-inovasi untuk bekal masa depan.
– Pada Borobudur kita bisa melihat jejak dinamika lintas budaya, persilangan pengaruh Asia Timur, Selatan, Tenggara. Borobudur bukan hanya aset Indonesia tapi aset dunia sehingga apa yang saat ini sedang kita lakukan saat ini bukan untuk membangun kebanggaan yang chauvinisvis. Dengan demikian, Borobudur sebagai pusat musik dunia adalah menjadikan Borobudur sebagai sentra persilangan budaya, bersifat tidak eksklusif, terbuka, dinamis, inovatif, lintas batas dan transnasional.

2) Nur Kotimah, MA
– Penjelasan berbagai panel relief Candi Borobudur yang menunjukkan berbagai alat musik yang berhasil dikumpulkan dan direkonstruksi. Ada beragam alat musik seperti alat musik yang ditiup, dipetik, dan dipukul.
– Penjelasan panel relief Candi Borobudur juga dapat terkonfirmasi melalui beberapa prasasti yang menjelaskan musik dan pekerja seni dan berbagai arca para dewa dan dewi musik.
– Sumber data dari relief, prasasti, dan arca menunjukkan musik sebagai unsur penting dalam kehidupan masyarakat masa lampau, dalam peribadatan, hiburan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi. Juga menunjukkan perkembangan musik yang pesat dan lambang persatuan seluruh lapisan masyarakat.

3) M. Dwi Cahyono,M.Hum
– Sumber data terkait alat-alat musik dan perkembangan musik bisa didapat melalui relief, prasasti, dan teks sastra.
– Dalam kajian musik, Candi Borobudur memiliki keunggulan yaitu menyimpan lebih banyak dan lebih beragam sumber data musika bahkan sumber data tertua terkait musik masa lampau dibanding candi lain. Selain itu, data dari reliefnya juga masih dapat ditelusuri dari berbagai prasasti dan teks sastra.
– Relief Candi Borobudur menempatkan alat-alat musik dalam konteks, sebuah kisah atau adegan sehingga kita bisa memperoleh gambaran peradaban masa lampau. Kesamaan alat-alat musik di relief dengan alat-alat musik yang tersebar di penjuru nusantara, dan dengan negara di belahan Asia bahkan Afrika menunjukkan telah terjadi difusi budaya pada masa itu. Oleh karena itu, sudah cukup alasan untuk menunjukkan Borobudur adalah sentra musika masa lampau.
– Tantangannya adalah bagaimana mentransformasikan alat-alat musik itu agar relevan bagi masa kini karena masih sulit untuk menemukan sumber data yang menjelaskan seperti apa bunyi-bunyi yang dihasilkan dari alat-alat musik tersebut. Eksperimen tersebut sudah dilakukan oleh the Sound of Borobudur, namun masih terbuka untuk eksplorasi dan kajian lebih lanjut.

f. Business Forum dengan MenKop dan UMKM
Diskusi dengan MenkopUKM untuk pengembangan produk merchandise dan UMKM, dan dibutuhkan pendampingan lebih lanjut kepada masyarakat sekitar Borobudur untuk menumbuhkan kreatifitas dan inovasi produk lokal yang menghasilkan secara ekonomi sehingga wisatawan tidak hanya berkunjung ke Candi Borobudur tapi juga mengunjungi desa-desa di sekitar Borobudur.

Hari III, Kamis 9 April 2021
Agenda Kegiatan:
a. Lanjutan sesi paparan dan diskusi dengan para pakar
1) Dr. Haryanto M.Si (pakar etnomusikologi)
-Melalui etnomusikologi masyarakat bisa dilihat dengan kacamata musik, dan musik menjadi identitas masyarakat. Oleh karena itu musik masyarakat perlu dilestarikan.
– Jika di relief itu terdapat alat-alat musik, maka menunjukkan ketika Borobudur dipahat sudah ada tradisi musik dengan menggunakan alat-alat musik tersebut, dan kemungkinan juga ada komunitas dunia di sekitar Borobudur pada masa itu, kemungkinan juga Sekolah Tinggi yang mempelajari agama dan budaya, termasuk musik.
– Repositori alat-alat musik di relief Candi Borobudur juga kini dapat ditemukan di berbagai daerah dan negara. Ada kesamaan nama, bentuk, fungsi, teknik memainkannya dan sistem nada alat-alat musik itu sehingga dapat disebut sebagai alat musik serumpun dan membuat Indonesia terkoneksi dengan negara-negara lain.

2) Dr. Lono Lastoro Simatupang
– Setelah 30 tahun UNESCO menetapkan Borobudur sebagai warisan dunia, kita perlu melihat kembali siapa sesungguhnya pewarisnya, apa peluang dan tantangan mewarisi Borobudur.
– Warisan (heritage) bukan diberikan, tetapi dijadikan sebagai warisan dengan melakukan pemilihan dengan berbagai pertimbangan, pertaruhan politik, dilihat manfaat ekonomis. Warisan adalah kinerja/warisanisasi (heritagization) sehingga ada perlakuan khusus untuk hal-hal yang dipilih dan ditetapkan sebagai warisan, yaitu ada kerja adaptasi dan transformasi dalam konteks masa kini.
– UNESCO tidak menempatkan keaslian sebagai kriteria penetapan, yang diutamakan adalah identitas dan keberlanjutan sehingga mendorong keberagaman dan inovasi ketika melestarikan warisan.
– Kepemilikan budaya tidak seperti hak milik properti karena dapat dibagikan dan menjadi milik bersama sehingga pewaris Borobudur adalah siapa saja yang menempatkan Borobudur sebagai sumber daya hidup saat ini.
– The Sound of Borobudur adalah contoh pewaris Borobudur yang telah melakukan kontekstualisasi dengan rekonstruksi alat musik dan tafsir system bunyi untuk mejaga kelestarian dan keberlanjutan Borobudur
b. Penyusunan jurnal ilmiah dan pembacaan kesimpulan
1) Musik yang dilihat dari panel-panel dilihat keragaman dan repistori terlengkap tentang alat musik nusantara. Borobudur telah menunjukkan peradaban masa lampau yang begitu maju dan hal ini perlu direlevansikan di masa kini dan apa yang akan kita wujudkan untuk masa depan.
2) Telah disepakati bahwa warisan adalah sebuah kata kerja, kita masih harus memutakhirkan Borobudur dengan konteks dan nilai-nilai masa kini untuk masa depan.
3) Klaim kepemilikan kita terhadap Borobudur harus diwujudkan dengan mempelajari dan ikut merelevansikannya dengan masa kini serta membagikan spiritnya sehingga dapat membangun sikap mental sebagai bangsa yang besar dan peradaban yang maju serta membawa nilai-nilainya karena apa yang kita warisi bersifat lintas budaya dan menyatukan kita dengan suku bangsa di nusantara dan bahkan terkoneksi dengan negara-negara lain.
4) Para narasumber akan memperbaiki tulisan kajian ilmiah yang telah dibuat selama seminar dan lokakarya dan nantinya akan dihimpun oleh panitia serta masih terbuka kesempatan bagi pihak-pihak lain yang ingin berkontribusi untuk memperkaya materi tulisan sehingga nantinya ada buku digital, multimedia yang bisa membunyikan Borobudur dan membuatnya makin dekat dengan kehidupan kita di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, kita dapat mereposisi Indonesia tidak hanya menjadi penonton, tapi pemain penting karena di masa lampau Borobudur sudah menjadi pusat persilangan budaya.
c. Penutupan
Kegiatan Seminar dan Lokakarya Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia ditutup oleh Purwa Tjaraka.

5) Tindak Lanjut:
– Kemenparekraf berkomitmen untuk menbunyikan the Sound of Borobudur ke lebih banyak audiens dengan menampilkan the Sound of Borobudur pada perayaan HUT RI ke-76.
– Kajian ilmiah yang dihasilkan menyimpulkan bahwa Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia bukan berupaya untuk memusatkan dan meminggirkan yang lain melainkan sebagai lumbung pengetahuan yang mengumpulkan lebih banyak orang untuk bekerja bersama-sama, berkolaborasi dan memberikan kesejahteraan kepada seluruh lapisan masyarakat. Interpretasi melalui musik sebagai bahasa universal memudahkan transfer pengetahuan dari Borobudur dan menciptakan inovasi berbagai produk pariwisata dan ekonomi kreatif.
Interpretasi melalui musik yang diinisiasi the Sound of Borobudur membuka peluang alternatif interpretasi terhadap Borobudur, misalnya dari segi fashion, kuliner, seni tari, astronomi dll., sehingga pentingnya kajian lebih lanjut dengan pendekatan bidang ilmu yang lebih beragam.
– Perlunya pendampingan bagi masyarakat desa sekitar Borobudur untuk inovasi produk ekonomi kreatif seperti pembuatan kerajinan tangan, batik, alat-alat musik, pertunjukan musik, kuliner dll serta akses permodalan dan pemasarannya sehingga upaya pelestarian Borobudur melibatkan masyarakat dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.

Demikian yang dapat kami laporkan. Terlampir kami sampaikan dokumentasi kegiatan ini. Atas perhatian Ibu kami ucapkan terima kasih

kegiatan hari ke-1

kegiatan hari ke-2

lanjutan kegiatan hari ke-2

kegiatan hari ke-3

Author:

Tinggalkan Balasan