Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD) Penyusunan Indonesia Surfing Directory

Laporan kegiatan Diskusi Kelompok Terpumpun (FGD) Penyusunan Indonesia Surfing Directory dilaksanakan pada tanggal 14 April 2023 di Bali, pukul 09.00 WITA . Kegiatan ini dihadiri oleh
  1. Bapak Itok Parikesit, Direktur Wisata Minat Khusus
  2. Tipi Jabrik Noventin - Sekjen Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) & Atlet Surfer Indonesia (Narasumber)
  3. Anggi Yushita - Wasekjen Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) (Narasumber)
  4. Firnandi Gufron, Ketua PIC Strategi Komunikasi
  5. Fehmiu Octavino, Ketua PIC Wisata Bahari
  6. Para akademisi, atlet dan pemerhati surfing
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan wisata surfing di Indonesia dengan menyusun database potensi dan market surfing dengan melakukan pemetaan spot surfing beserta aspek pendukungnya agar dapat menyediakan informasi yang lengkap dan tepat sasaran kepada para wisatawan mancanegara maupun nusantara khususnya peminat surfing. Untuk memperkuat informasi yang disajikan dan kelancaran penyusunan informasi ini maka perlunya mengumpulkan masukan dari berbagai pihak sehubungan terkait isi/konten direktori ini serta mekanisme penyusunannya serta mengajak para stakeholder surfing di Indonesia, khususnya PSOI untuk dalam mendukung terlaksananya penyususan direktori yang dimaksud. Kegiatan ini dihadiri oleh 30 orang peserta yang terdiri dari pengurus asosiasi (PSOI), atlet surfing, pemerhati surfing, serta akademisi terkait. Adapun rangkaian diskusi kelompok terpumpun terkait penyusunan Indonesia Surfing Directory adalah sebagai berikut: Sambutan dan Pembukaan oleh Bapak Itok Parikesit, Direktur Wisata Minat Khusus Penyusunan Indonesia Surfing Directory sangat penting sebagai salah sarana media yang dapat mendukung kemajuan kegiatan surfing di Indonesia, melalui  dua sasaran, yakni jangka pendek dan jangka panjang, Sasaran jangka pendeknya adalah untuk mempermudahkan wisatawan dalam merencanakan surfing di Indonesia di berbagai wilayah. Sedangkan untuk sasaran jangka panjangnya adalah untuk:
  1. Menjadi bahan promosi (ketika mengikuti event internasional, directory ini bisa menjadi batu loncatan untuk meningkatkan kunjungan);
  2. Menarik minat 64 juta penggemar surfing aktif di dunia untuk datang ke Indonesia;
  3. Menjadi bahan penunjang kebijakan kelautan Indonesia, sehingga surfing bisa masuk dalam kebijakan kelautan Indonesia, seperti halnya diving dan cruise.
Presentasi oleh Bapak Tipi Jabrik, Sekjen Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI) & Atlet Surfer Indonesia
  1. Surfing merupakan suatu gaya hidup.
  2. Melihat karakteristik wisatawan asing, dan menjadikan karakteristik tersebut sebagai suatu strategi untuk mendatangkan wisatawan.
  3. Wisatawan asing melihat Indonesia sebagai pusat dari kegiatan surfing di dunia,
  4. Wisata surfing merupakan salah satu wisata bahari yang perkembangannya cukup signifikan di dunia, dengan rentang pasar yang cukup besar, berpotensi besar sebagai pasar wisatawan surfing Indonesia memiliki 175 world famous surfing spot, sehingga mendapatkan julukan “The Disneyland of Surfing”.
  5. Karakter wisatawan surfing memiliki loyalitas surfing sebagai wisata minat khusus yang cukup tinggi.
  6. Kendala pengembangan destinasi surfing di Jawa salah satunya adalah adanya mitos yang berkembang di destinasi, sehingga menjadi sulit untuk diexplore dikarenakan adanya mitos yang berkembang di masyarakat. Selain itu, kondisi masyarakat lokal di destinasi masih menjadi tantangan tersendiri bagi pengembangan destinasi surfing di Indonesia.
  7. Penyelenggaraan Event internasional dan nasional memiliki banyak keuntungan, seperti: 1) menarik atensi dunia, 2) sebagai ajang prestasi bagi para atlet surfing, 3) sebagai promosi suatu daerah. Namun konsistensi penyelenggaraan event pada setiap daerah yang tidak berjalan dengan lancar, seperti event di Pacitan.
  8. Sementara itu dampak dari adanya event untuk destinasi/daerah memiliki potensi yang menjanjikan, serta dalam kaitannya dengan ekonomi masyarakat Indonesia secara langsung.
  9. PSOI sebagai payung untuk menaungi para atlet sehingga potensinya dapat disalurkan dan diasah, sehingga mendatangkan prestasi. Sehingga secara tidak langsung memberikan kebermanfaatan ekonomi.
  10. Karakteristik pantai untuk bisa dijadikan sebagai lokasi event surfing internasional ataupun nasional dapat dilihat melalui kulaitas onmbak serta ketersediaan fasilitas penunjangnya (akomodasi).
  11. Dalam penyusunan directory nantinya perlu dicantumkan bahwa destinasi tersebut memiliki lifeguard, sebagai poin penting keamanan dan kenyamanan wisatawan.
Presentasi oleh Bpk. Anggi Yushita, Wasekjen Persatuan Selancar Ombak Indonesia (PSOI)
  1. Surfing menjadi suatu komponen penting pariwisata dunia, lama tinggal wisatawan tergolong lama atau panjang.
  2. Surfing merupakan bagian dari olahraga global, sehingga menjanjikan untuk menarik wisatawan.
  3. Kendala pengembangan surfing di Indonesia adalah directory atau literasi mengenai surfing di Indonesia masih minim
  4. Peluang besar untuk mendatangkan penggemar wisata surfing dunia, terutama pasar terdekat adalah Australia dan Jepang. Dalam direktori nanti penting untuk dipetakan pasar surfing Indonesia, dengan preferensi pasar surfing, bisa dilihat dari tujuan utama surfing di beberapa destinasi di Indonesia
  5. Industri wisata surfing Indonesia perlu dipetakan dalam direktori surfing. Pelaku industri perlu dipetakan (agency, surf resort, surf shop, surf travel, media surfing, masyarakat lokal, surf lesson, dan sebagianya)
  6. Dampak ekonomi dari kegiatan surfing sebagaimana hasil penelitian antara lain Length of Stay surfer sekitar 9 hari, pengeluaran US$ 777, jumlah pengunjung 134.683 dalam waktu lima tahun (di Pesisir Barat).
  7. Masyarakat lokal berperan penting dalam pengembangan wisata surfing di destinasi karena sumber daya alam dan keunikan budaya, sebagai unsur penggerak utama kegiatan wisata di destinasi. Keberhasilan pengembangan destinasi surfing tergantung pada tingkat penerimaan dan dukungan masyarakat lokal.
Diskusi & Tanya Jawab Beberapa masukan yang dicatat sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan FGD ini adalah sebagai berikut:
  1. Alternatif pengelompokan destinasi wisata surfing dapat dikelompokkan berdasarkan tier yang dilihat dari karakter ombak dan fasilitas pendukung pariwisata di destinasi. Namun dapat juga pembagian kelompok secara spasial: Indonesia bagain barat (Sumatera), bagian tengah (Jawa-Bali), bagian timur (Nusa Tenggara). Direktori wisata surfing dapat juga bagi berdasarkan prioritas di masing-masing kelompok.
  2. Hal-hal yang dapat berpotensi meningkatkan motivasi surfer untuk datang ke destinasi surfing, yang dapat meningkatkan peluang promosi daerah antara lain kualitas ombak.
  3. Potensi dampak negatif sosial budaya dari aktivitas surfing yang perlu untuk menjadi bahan pertimbangan khususnya Pemerintah daerah sebagai pengelola kawasan. Peluangnya adalah dengan mengkombinasikan aktivitas wisata surfing dengan budaya lokal yang dapat menjadi daya tarik wisata lain bagi surfer.
  4. Indonesia memiliki karakter ombak yang memiliki lokasi untuk grading paling aman hingga untuk yang menantang, kategori ombak menentukan grade dari tiap destinasi dan destinasi surfing di Indonesia memiliki titik lokasi surfing untuk masing-masing grade tersebut.
  5. Kendala pengembangan destinsi surfing salah satunya adalah aktivitas wisatawan massal yang salah satunya menghasilkan sampah yang dibuang sembarangan dan pada satu masa sampah terbawa ombak dan mengotori lokasi - perlu menjadi perhatian dari pemerintah dearah sebagai pengelola destinasi.
  6. Dalam directory ini sebaiknya tidak semua titik surfing bisa ditampilkan untuk meminimalisasi dampak masif yang mungkin timbul dari aktivitas surfing. Pemilihan lokasi yang akan dimunculkan dalam directory ini selain dari grade dan atau spasial, bisa juga dilakukan dengan mengelompokkan berdasarkan pintu masuk wisatawan (misal untuk Sumatra melalui Padang, Jawa melalui Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Timur melalui Bali).
  7. Penyusunan surfing directory harus memberikan dampak positif bagi Indonesia salah satunya devisa dan kontribusi langsung bagi masyarakat lokal dari aktivitas wisata surfing, sehingga dengan adanya surfing directory bisa menginspirasi dan menarik minat wisatawan surfing lebih banyak lagi.
  8. User journey dari wisatawan ketika berwisata (dreaming - planning - booking -expereiecing - sharing) merupakan siklus yang akan terus berlanjut. Surfing directory dapat menitikberatkan fase dreaming - harus memuat informasi yang dapat menginspirasi calon wisatawan surfing. Karakter wisatawan surfing perlu untuk didentifikasi lebih detil karena berbeda dengan wisatawan pada umumnya, sehingga perlu untuk ditunjukkan prioritas "magnet" informasi yang disuguhkan. Lebih lanjut ketika fase booking diharapkan bisa menggandeng industri surfing di destinasi dan masyarakat sehingga dampak ekonomi dapat dirasakan.
  9. Alternatif (1) sistematika penyusunan directory:
    • Destinasi wisata
    • Titik lokasi surfing (tujuan utama surfing) - bisa dibagi dengan tujuan utama dan tujuan alterantif lainnya
    • Grade lokasi surfing (advance -- intermediete -- Beginner)
  10.   Alternatif (2) adalah entry point nya dengan melihat dari ombaknya (grade ombak), kebalikan dari alternatif
  11.  Standar membagi pengelompokan ombak secara sederhana dibagi menjadi beach break (beginner), reef break   (advance dan internediete), kemudian karakternya bisa dibagi left handled, right handled, dan average.
  12. Directory dapat menjadi alternatif bagi upaya meningkatkan nasionalisme, dengan memberikan nama dan titik lokasi surfing dengan nama Indonesia (misalnya dengan pmeberian nama sesuai nama nama dusun di lokasi tersebut).
Kesimpulan 
  1. Sudah ada beberapa directory yang memuat mengenai surfing, baik di dalam maupun di luar negeri, namun dirasa tetap harus dibuat directory surfing yang dibuat oleh pemerintah karena kapasitasnya lebih resmi.
  2. Surfing directory menjadi alternatif menggiring motivasi dan menginspirasi wisatawan surfing untuk dapat mempertimbangkan destinasi yang terdapat di directory sebagai tujuan wisatanya (memperkuat fase dreaming dan planning dalam user experience)
  3. Dalam penyusunan directory surfing, kacamata yang digunakan adalah kacamata surfer untuk membentuk user experience dan interest surfer, sehingga semua atribut directory seperti lokasi, foto dan lainnya harus benar dan sesuai. Alternatif pendekatan penyusunan directory harus disesuaikan dengan user point of view; hal ini akan menjadi pertimbangan nanti ketika menyusun informasi apakah akan berdasarkan "destinasi point of view" atau berdasarkan "grade dan karakter ombak point of view".
  4. Perlu mengkaji lebih lanjut apakah penyampaian informasi surfing akan disajikan dari sisi spasial atau dari sisi karakteristik ombak dan fasilitas layanan wisata.
  5. Disarkan agar tidak semua lokasi surfing dimasukkan dalam directory untuk menghindari eksplorasi berlebih terhadap titik-titik surfing yang berada di kawasan rentan.
Tindak Lanjut
  1. Melakukan segmentasi kawasan yang akan dimasukan ke dalam directory.
  2. Memverifikasi wilayah surfing yang memiliki kualitas ombak yang menjanjikan.
  3. Menentukan stadarisasi wilayah utuk kegiatan event (baik fasilitas maupun karakter ombak).
  4. Melakukan penjajagan lebih kanjut dengan PSOI dalam merumuskan konten yang akan dituangkan dalam Indonesia Surfing Directory
Dokumentasi [caption id="attachment_6730" align="alignleft" width="300"]Registrasi Peserta Registrasi Peserta[/caption]                     [caption id="attachment_6732" align="alignleft" width="300"] Sambutan dan Pembukaan dari Direkur Wisata Minat Khusus[/caption]                       [caption id="attachment_6733" align="alignleft" width="300"] Paparan Narasumber : Sekjen PSOI dan Wasekjen PSOI[/caption]                       [caption id="attachment_6734" align="alignleft" width="300"] Diskusi dan Tanya Jawab[/caption]                     [caption id="attachment_6735" align="alignleft" width="300"] Foto bersama Kemenparekraf, PSOI dan Para Peserta FGD[/caption]                 Disusun oleh Kurniastuti Kusuma

© 2024 Data & Informasi. Design by HTML Codex