July 1, 2024

BISA Fest - Kupang, NTT Juni 2024

Telah dilaksanakan 3 (tiga) kegiatan BISA Fest dari Anggota Komisi X DPR-RI, Ibu Anita Jacoba Gah yang dilaksanakan di Kabupaten dan Kota Kupang - Provinsi Nusa Tenggara Timur, sebagai berikut:

  1. GMIT Ebenhaezer Tarus Barat, Kabupaten Kupang
  2. GMIT Jemaat Paulus Tingkat Satu, Kota Kupang
  3. Gereja Katolik Paroki St. Yoseph Naikoten 2, Kota Kupang

Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama kemitraan antara Kemenparekraf/Baparekraf RI dengan Komisi X DPR RI.

.

A. BISA Fest: Pesona Atraksi Tari Tradisional Nusa Tenggara Timur

Sabtu, 22 Juni 2024, 10.08 – 12.00 WITA (telat 1 jam lebih)

Lokasi kegiatan di GMIT Ebenhaezer Tarus Barat, Kab. Kupang – Prov. NTT

Kegiatan ini dihadiri oleh:

  1. Anggota Komisi X DPR-RI, Ibu Anita Jacoba Gah
  2. Perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Bapak Novantiar, Analis Anggaran Ahli Muda, Sekretariat Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events)
  3. Perwakilan Dinas Pariwisata Kaputaen Kupang, Bapak Pieter Charles Sabaneno
  4. Ibu Margaret Pula Elisabeth Djokaho, Penggiat Seni Tari dan Budaya, selaku Narasumber
  5. Perwakilan Kecamatan Kupang Tengah;
  6. 65 orang peserta (60 Pelaku Seni Budaya dan Parekraf, 5 Dispar).

Rangkaian acara:

  • Registrasi peserta, kemudian pembukaan oleh Host
  • Seluruh peserta menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”
  • Doa Pembuka oleh Pendeta GMIT Ebenhaezer Tarus Barat
  • Penampilan Pembuka Tarian Te'o Renda (Suku Rote) dari Sanggar Loaholu

Tarian Te'o Renda adalah tarian muda - mudi, pergaulan/persahabatan, biasanya di tarikan baik oleh perempuan maupun laki-laki, dengan diiringi musik sasando, gong, dan syair. Tarian ini biasanya di tampilkan pada acara perkawinan/peminangan, pesta rumah baru, kematian, menyambut tamu kehormatan dan acara adat lainnya.

  • Sambutan Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang, Bapak Pieter Charles Sabaneno, yang menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi atas dukungan Kemenparekraf dan Komisi X DPR RI yang berkolaborasi untuk mengadakan kegiatan BISA Fest ini, yang melibatkan gereja dan masyarakat untuk menggiatkan pembangunan sektor pariwista dan ekonomi kreatif di Kabupaten Kupang.
    • Menyadari Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang ini belum mampu berbuat banyak bagi pembangunan sektor pariwista dan ekonomi kreatif, karena cakupan wilayah yang terlalu luas. Butuh banyak dukungan dari Pemerintah, mohon bisa terus dibantu.
  • Sambutan perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Bapak Novantiar, Analis Anggaran Ahli Muda, Sekretariat Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), yang menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi pada Ibu Anita Jacoba Gah yang selalu mendukung dan memperhatikan perkembangan parekraf di Kabupaten Kupang.
    • Memperkenalkan salah satu program strategis Kemenparekraf yaitu Karisma Event Nusantara (KEN). Menginformasikan ada 5 (lima) event daerah NTT yang terpilih dalam KEN 2024:
      1. Festival Bale Nagi, dari Kabupaten Flores Timur
      2. Festival Pesona Kebangsaan, dari Kabupaten Ende
      3. Wolobobo Ngada Festival, dari Kabupaten Ngada
      4. Festival Golo Koe Maria Assumpta Nusantara, dari Kabupaten Manggarai Barat
      5. Festival Lamaholot, dari Kabupaten Lembata

Berharap Kabupaten Kupang juga bisa ikut mempromosikan event daerahnya untuk menjadi KEN juga.

  • Sambutan Ibu Anita Jacoba Gah, Anggota Komisi X DPR-RI, yang menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi Kemenparekraf yang selalu mendukung dan berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI, untuk menggiatkan pembangunan sektor pariwista dan ekonomi kreatif di Indonesia.
    • Sedih mendengar informasi bahwa yang masuk KEN 2024 dari NTT dari Daratan Flores semua. Ingin Daratan Timor juga ada yang masuk KEN. Oleh karena itu ingin mendorong Kemenparekraf untuk berkunjung lagi dan lagi ke Kupang agar bisa menggiatkan sektor parekraf di Kupang.
    • Sejak Indonesia lahir, Tuhan anugerahkan keberagaman yang bisa bersatu. Oleh karena itu mari lestarikan budaya di masing-masing daerah/suku. Banggalah dan lestarikan budaya daerah.
    • Sebagai perwakilan masyarakat NTT di Pusat, siap mendukung dan memperjuangkan anggaran untuk pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif di NTT. Jadi mari juga buat event-event yang bisa mengangkat budaya dan kearifan lokal di NTT, khususnya di daratan Timor yang bisa mendatangkan wisatawan sehingga perekonomian bisa naik, seperti yang di Daratan Flores.
    • Sektor parekraf ini sangat potensial untuk meningkatkan PDB Negara Indonesia. Walaupun Kemenparekraf anggarannya sedikit namun tetap mampu menghasilkan besar, karena banyak menggerakkan wisatawan dan menggerakkan banyak pihak. Sayang anggaran Kemenparekraf cukup kecil, dan bahkan tahun depan lebih sedikit lagi.
    • Menantang Kabupaten Kupang untuk juga membuat event. Kalau Flores bisa ada 5 event masuk KEN, Kupang juga mari semangat dan berusaha, mumpung saya masih ada di DPR RI.
  • Ibu Anita Jacoba Gah, Anggota Komisi X DPR-RI meresmikan pembukaan kegiatan BISA Fest: Pesona Atraksi Tari Tradisional Nusa Tenggara Timur.
  • Penyerahan tanda kasih sebesar Rp 10 juta kepada GMIT Ebenhaezer Tarus Barat, yang diwakili diterima oleh Pendeta GMIT Ebenhaezer Tarus Barat, karena telah berkenan gedung gerejanya digunakan untuk kegiatan BISA Fest. Bapak Pendeta sangat berterima kasih atas pemerian tanda kasih dan ingin ikut mengusulkan event.
  • Penyerahan cendera mata berupa jaket karya UMKM Lokal “Salt n’ Pepper Store”, diserahkan oleh dari Kemenparekraf kepada Anggota Komisi X DPR RI, Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang, Narasumber, Pendeta GMIT Ebenhaezer Tarus Barat, dan Camat Kupang Tengah.
  • Penampilan tari budaya:

1) Tarian Dai Wini (Menapis Bibit) dari Suku Sabu Raijua oleh Sanggar Seni Budaya Petra Cilik

Tarian kreasi Dai Wini merupakan tarian sukacita untuk mempersiapkan bibit yang akan ditanam seperti sorgum, kacang hijau, dan kacang tanah. Bagi masyarakat Sabu saat memulai persiapan menanam selalu didahului dengan ritual adat dan diiringi tari-tarian. Ritual adat sebagai doa dan harapan kepada Tuhan (DEO AMA) agar hasil yang akan dipanen mendapatkan hasil yang baik dan berlimpah-limpah, dan tari-tarian sebagai tanda sukacita karena mereka percaya bahwa akan mendapatkan hasil yang sangat baik.

Dalam ritual mempersiapkan wini (bibit), perempuan  bertugas untuk menyiapkan wini, sedangkan para lelaki bertugas untuk menjaga dan melindungi para perempuan yang sedang mempersiapkan dan juga wini yang sedang dipersiapkan agar terhindar dari ancaman dan hama yang datang menyerang sewaktu-waktu.

2) Tarian Kandingang dari Sumba Timur oleh Sanggar Seni Budaya Ana

Tarian Kandingang adalah tarian yang selalu ditampilkan saat perkawinan adat Sumba Timur dan juga adalah tarian menerima tamu kehormatan yang berkunjung ke daerah. Gerakan tarian ini didominasi oleh gerakan tangan dan kaki yang bergantian tarian ini diiringi oleh tambur dan gendang yang cenderung pelan mengikuti gerakan penari.

3) Tarian Bonet dari Soe - TTS oleh Sanggar Budaya Idola Cilik

Merupakan salah satu tari Timor yang paling tua. Tarian Bonet adalah salah satu contoh kekayaan kebudayaan Timor Tengah Selatan (TTS). Dulunya Tari Bonet digelar saat masyarakat suku Dawan hendak meminta perlindungan kepada Tuhan, agar menjaga kesuburan jagung, makanan pokoknya, sampaii musim panen berikut. Bagi suku Dawan, menari dengan membentuk lingkaran sambil bergandengan tangan adalah simbol persatuan dan kesatuan. Dalam kaitan dengan hidup bermasyarakat/berjemaat/komunitas dapat dimaknai sebagai seruan/panggillan bagi semua masyarakat/jemaat/anggota komunitas untuk menyatu hati (sehati, sepikir, se-roh) dalam semangat kebersamaan (lingkaran) merencanakan, melaksanakan pekerjaan secara bersama untuk kebaikan bersama. Lingkaran dapat terbentuk dengan baik apabila setiap anggota saling bergandengan erat tanpa membedakan satu dengan yang lain. Hal ini juga harus sejalan dengan pelayanan yang dibangun, yakni saling bergandengn tangan melayani Tuhan.

Hadirin bisa ikut menari bersama. Ibu Anita, Perwakilan Kemenparekraf, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kupang dan Narasumber ikut menari.

  • Pemaparan materi dari Narasumber: Ibu Margaret Pula Elisabeth Djokaho, Penggiat Seni Tari dan Budaya, yang menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi kepada Kemenparekraf dan Komisi X DPR RI. Sangat bersukacita sudah 2x diundang dalam kegiatan Kemitraan Kemenparekraf – Komisi X DPR RI. Sangat senang melihat penampilan-penampilan tari budaya NTT.
    • Bangga dengan NTT yang sangat kaya dengan budaya tradisional. Bagaimana semua kekayaan itu menjadi identitas masyarakat NTT, yang tidak dimiliki daerah lain di Indonesia banhkan negara lain.
    • Selain usaha Pemerintah Pusat, yang dalam konteks kali ini oleh Kemenparekraf dan Komisi X DPR RI, selain itu perlu didukung juga oleh pemerintah daerah dan masyarakat.
    • Memperhatikan bahwa penampilan-penampilan tari yang sudah ditampilkan ekspresi wajah para penarinya banyak yang jutek tanpa senyum, padahal tariannya untuk menyambut tamu, lalu bagaimana bisa menarik orang/wisatawan kalau seperti itu? Mungkin sepele tapi hal ini perlu diperhatikan. Kostum dan riasan, hal-hal artistik ini memang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dengan baik, tapi keramahan dan perasaan dalam menyampaikan/menampilkan juga penting.
    • Salah satu cara membangun pariwisata dan ekonomi kreatif bisa melalui pengelolaan Desa Wisata, yang perlu dihidupkan, salah satunya dengan penampilan tari.
    • Ada suatu desa wisata di NTT yang menampilkan tari Bonet dengan ditampilkan dengan musik langsung dan pantun yang bersahut-sahutan, itu jauh lebih menarik lagi untuk disaksikan.
    • Apresiasi bahwa Bu Anita merekam dan mengupload video penampilan tari di kegiatan BISA Fest ini di media sosialnya. Hal ini memungkinkan penampilan-penampilan ini bisa dilihat oleh banyak orang, ini adalah salah satu upaya promosi. Maka sebagai masyarakat, ayo tiru, jangan malu membagikan konten budaya.
    • Setuju dengan yang disampaikan Kemenparekraf, bahwa pelestarian budaya ini mampu berdampak parekraf, sehingga meningkatkan perekenomian dan kesejahteraan masyarakat.
    • Berharap pesona atraksi tari tradisional NTT ini sungguh menjadi kekayaan dan potensi parekraf yang bisa mensejahterakan masyarakat.
  • Sesi bincang-bincang dan diskusi:

1) Bapak Pendeta GMIT Ebenhaezer Tarus Barat

GMIT adalah denominasi gereja nomor 3 terbesar di Indonesia setelah HKBP dan GKI. Dalam tata ibadah saat bulan budaya biasa memasukkan unsur budaya tradisional setiap peribadatan di bulan Mei. Hal itu biasa mendorong jemaat untuk sengaja mencari kain ataupun pakaian tradisional untuk dipakai saat berbadah di bulan budaya tersebut. Mohon saran bagaimana mengembangkan hal ini agar bisa mendukung parekraf?

Pernah terlibat dalam festival budaya di Timau, yang dihadiri oleh Bupati Kupang dan istri Bupati Banyuwangi. Berharap event ini bisa berkelanjutan dan mendatangkan wisatawan.

Pernah melayani selama 7 tahun di Rote. Di Rote banyak hasil budaya. Mohon saran bagaimana mengangkat potensi ini untuk membangun sektor parekraf.

Respon Kadispar Kab. Kupang:

Kegiatan-kegiatan yang bersifat sporadis ini memang sangat berpotensi viral, namun event-event yang rutin/tahunan perlu komitmen, pengelolaan, dan dukungan dana.

Di Timau memang dalam persiapan pembangunan konservasi, namun karena merupakan kawasan hutan dan tanah adat sehingga cukup banyak berdampak dalam perencanaan pembangunan fasilitas pendukung. Cukup terkejut dengan keputusan pemilihan lokasi tersebut menjadi lokasi event festival budaya. Hanya bisa mendukung semampunya untuk mendatangkan sarana prasaran penyelenggaraan event di sana.

Karena minimnya anggaran, banyak event dan atraksi budaya yang tidak dapat didukung dan diselenggarakan, seperti contohnya: Pacuan Kuda Tradisional. Walaupun sudah direncanakan dan dianggarkan , belum tentu bisa sungguh diselenggarakan.

Respon perwakilan Kemenparekraf:

Di Kemenparekraf, ada 4 pilar pembangunan kepariwisataan, yaitu: destinasi, pemasaran, industri, dan kelembagaan.

Bagaimana pembangunan parekraf dilaksanakan, harus disinergiakan, juga perlu didukung berbagai pihak dan masyarakat.

Dari Kemenparekraf, khususnya Direktorat Event mendukung penyelenggaraan event daerah. Ada beberapa program, antara lain: KEN, Non KEN, dan Tugas Pembantuan. Untuk mengikuti kurasi KEN atau untuk mendapatkan TP, silakan bisa berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Provinsi. Siapkan konsep event yang menarik.

Respon Anggota Komisi X DPR RI:

Setuju dengan Bapak Pendeta, bahwa menarik konsep Bulan Budaya di GMIT. Bagaimana hal itu bisa menjadi potensi pariwisata, nanti akan coba saya bicarakan dengan Kadispar.

Salah satu contoh nyata event religi menjadi event pariwisata juga adalah Semana Santa di Larantuka, yang mampu mendatangkan banyak wisatawan. Untuk itu jika hal itu bisa terjadi, akan perlu kesiapan pemerintah daerah untuk mengakomodir itu semua.

Pembangunan memang perlu anggaran. Namun jangan putus asa, contoh nyata Kemenparekraf yang anggarannya kecil, namun terbukti perekraf bisa menjadi sektor penyumbang PDB terbesar negara.

Sayang sekali, di Kabupaten Kupang ini punya 74 destinasi pariwisata, tapi sayang 3 tahun belakangan kosong event.

.

2) Ibu Afiliana dari Desa Penfui Timur

Desa Penfui Timur ada sanggar juga ada beberapa kelompok tenun ikat juga. Pernah membuat event festival yang berisi fashion show dan penampilan budaya. Ingin sekali ada event diselenggarakan agar ada kunjungan wisata, sehingga kain tenun ikat bisa laku terjual. Rencana akan menyelenggarakan lagi festival di tanggal 29 Juli – 14 Agustus 2024, berharap Ibu Anita bisa hadir. Kemudian mohon agar akses jalan menuju Desa Penfui Timur bisa diperbaiki, sehingga bisa mendukung pembangunan sektor parekraf Desa Penfui Timur.

Respon Kadispar Kab. Kupang:

Setuju dengan rencana Desa Penfui Timur. Ingin sekali membantu dan memenuhi kebutuhan. Namun karena keterbatasan anggaran, mohon pengertiannya. Mohon Bu Anita bisa bantu juga.

Setuju dengan event rutin bisa menghasilkan penampil-penampil dan sanggar seni budaya. Karena sanggar juga perlu wadah/fasilitas untuk tampil.

Tidak perlu event yang wah seperti di TV, sederhana juga tidak apa, tapi bisa menjadi fasilitas pelaku seni tampil. Berharap dari desa-desa lain bisa meniru ide Desa Penfui Timur untuk juga menyelenggarakan event-event.

Ada event-event kecil yang diselenggarakan 2 tahun berturut-turut, walaupun belum viral, namun berharap terus berkelanjutan.

Saran HOST:

Agar event yang diselenggarakan dipromosikan melalui media sosial.

.

3) Bapak Antonius

Contoh kita ke Bali, ingin menonton Tari Kecak, dari sejak di bandara, bahkan sopir taksi tahu harus ke mana. Kalau mempermasalahkan anggaran, itu akan membuat kita tidak bisa bergerak maju. Promosi bisa menggunakan media sosial yang gratis, namun cakupannya luas. Jadi mari kita bergerak dulu, harus kreatif dan berkolaborasi.

5 KEN di Flores, tidak ada di Kupang, itu aneh. 3 tahun tidak ada event, itu juga aneh. Padahal ada banyak konten di Kupang yang bisa diangkat.

  • Penyerahan piagam penghargaan dari Kemenparekraf yang diserahkan oleh perwakilan Kemenparekraf dan Ibu Anita J. Gah kepada Narasumber dan para sanggar penampil.
  • Doa Penutup oleh Ibu Pendeta

.

B. Fest: Harmoni Kreasi Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur

Senin, 24 Juni 2024, 10.00 – 12.00 WITA (terlambat 1 jam)

Lokasi Kegiatan di GMIT Jemaat Paulus Tingkat Satu, Kota Kupang – Prov. NTT

Kegiatan ini dihadiri oleh:

  1. Anggota Komisi X DPR-RI, Ibu Anita Jacoba Gah
  2. Perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Bapak Novantiar, Analis Anggaran Ahli Muda, Sekretariat Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events)
  3. Perwakilan Dinas Pariwisata Kota Kupang, Ibu Margaritha Leana, selaku Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Kupang;
  4. Bapak Djony L.K. Theedens, Penggiat Seni Musik dan Budaya, selaku Narasumber;
  5. Perwakilan Kecamatan Maulfa;
  6. 65 orang peserta (60 Pelaku Seni Budaya dan Parekraf, 5 Dispar).

Rangkaian acara:

  • Registrasi peserta, kemudian pembukaan oleh Host
  • Seluruh peserta menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”
  • Doa Pembuka oleh Ibu Pendeta GMIT Jemaat Paulus Tingkat Satu
  • Penampilan pembuka dari Sanggar Bisopo dengan tarian:
  • Tarian Sbo'ot Ma Ka Auba Usif - Usif Lena Noe Bon Nem Bi Pembukaan Kegiatan (TTS)
  • Tarian Malin Toh
  • Sambutan Perwakilan Dinas Pariwisata Kota Kupang, diwakili oleh Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Kupang, Ibu Margaritha Salean, menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi pada Kemenparekraf yang berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI melalui Ibu Anita Jacoba Gah yang mendukung dan memperhatikan perkembangan parekraf di Kota Kupang melalui penyelenggaraan BISA Fest.
    • Dengan BISA Fest ini harapannya bisa menggiatkan pelaku seni dan budaya serta anak-anak muda di Kota Kupang. Juga dengan kegiatan ini agar bisa berdampak pada pelestarian seni budaya dan peningkatan ekonomi di Kota Kupang.
  • Sambutan perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Bapak Novantiar, Analis Anggaran Ahli Muda, Sekretariat Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), yang menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi pada Ibu Anita Jacoba Gah yang selalu mendukung dan memperhatikan perkembangan parekraf di Kabupaten Kupang.
    • Musik sebagai salah satu hasil seni budaya, yang dapat menjadi media diplomasi. Semakin dilestarikan, maka akan semakin menghasilkan.
    • Memperkenalkan salah satu program strategis Kemenparekraf yaitu Karisma Event Nusantara (KEN). Menginformasikan ada 5 (lima) event daerah NTT yang terpilih dalam KEN 2024:
      1. Festival Bale Nagi, dari Kabupaten Flores Timur
      2. Festival Pesona Kebangsaan, dari Kabupaten Ende
      3. Wolobobo Ngada Festival, dari Kabupaten Ngada
      4. Festival Golo Koe Maria Assumpta Nusantara, dari Kabupaten Manggarai Barat
      5. Festival Lamaholot, dari Kabupaten Lembata

Berharap Kota Kupang juga bisa ikut mempromosikan event daerahnya untuk menjadi KEN juga.

  • Sambutan Ibu Anita Jacoba Gah, Anggota Komisi X DPR-RI, yang menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi Kemenparekraf yang selalu mendukung dan berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI, untuk menggiatkan pembangunan sektor pariwista dan ekonomi kreatif di Indonesia.
    • Saat ini DPR RI sedang melakukan pendalaman rencana anggaran 2025. Komisi X DPR RI bekolaborasi dengan: Kemenparekraf, Kemendikbud, Kemenpora, dan Perpustakaan.
    • Sektor parekraf ini sangat potensial untuk meningkatkan PDB Negara Indonesia. Walaupun Kemenparekraf anggarannya sedikit namun tetap mampu menghasilkan besar, karena banyak menggerakkan wisatawan dan menggerakkan banyak pihak. PAD bisa meningkat kalau sektor parekrafnya meningkat.
    • Berharap Kemenparekraf bisa banyak menyelenggarakan event-event di daerah, tidak apa walaupun kecil-kecil, namun setidaknya bisa untuk menggiatkan pelaku seni budaya dan parekraf.
    • Melalui kegiatan BISA Fest ini yang perlu diperhatikan adalah agar musik-musik tradisional, seperti: Sasando, Gong, tambur, musik Rote, kalau digabungkan dan diharmonisasikan akan sangat indah. Harapannya karya seni musik tradisional NTT bisa menjadi salah satu atraksi wisata untuk mendukung sektor parekraf di NTT.
    • 5 KEN 2024 dari NTT berasal dari daratan Flores, memang daratan Timor tidak memiliki Destinasi Wisata sebanyak di Flores, jadi mari kita buat event. Salah satunya tahun ini ada proposal yang disampaikan ke Kemenparekraf, berupa event kolaborasi musik tradisional.
    • Ada salah satu ide event dari usulan Bapak Pendeta GMIT Ebenhaezer Tarus Barat untuk mengemas Bulan Budaya GMIT yang memiliki keistimewaan mengangkat seni budaya NTT dalam musik dan pakaian, berharap agar bisa menjadi menjadi event pariwisata. Rencana akan mencoba bicara dengan Ketua Sinode dan berbaga pihak mengenai ide event ini. Harus belajar dari event Semana Santa di Larantuka.
    • Ada event-event budaya kecil di kelurahan-kelurahan di Kota Kupang, agar Dispar Kota Kupang bisa mendukung. Memang perlu peran aktif masyarakat.
    • Rencana penyelenggaraan PON 2028 di NTT, akan ada banyak persiapan dan pembangunan. Mohon dukungan doa dan semangat masyarakat, serta kesiapan Pemerintah Daerah dan para OPDnya.
  • Ibu Anita Jacoba Gah, Anggota Komisi X DPR-RI meresmikan pembukaan kegiatan BISA Fest: Harmoni Kreasi Musik Tradisional Nusa Tenggara Timur.
  • Penyerahan tanda kasih sebesar Rp 10 juta kepada GMIT Jemaat Paulus Tingkat Satu, yang diwakili diterima oleh Ibu Pendeta GMIT Jemaat Paulus Tingkat Satu, karena telah berkenan gedung gerejanya digunakan untuk kegiatan BISA Fest.
  • Penyerahan cendera mata berupa jaket karya UMKM Lokal, diserahkan oleh dari Kemenparekraf kepada Anggota Komisi X DPR RI, Dinas Pariwisata Kota Kupang, Narasumber, Pendeta GMIT Jemaat Paulus Tingkat Satu, dan Camat Maulafa.
  • Penampilan musik:
    1. Sanggar Anugerah Besar menampilkan Lagu O Naweni Tana E (Suku Sabu Raijua) dengan iringan musik akustik gitar. Lagu O Naweni Tana E menceritakan sepasang kekasih yang membahas mengenai kehidupan yang penuh perjuangan ini, mari pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa.
    2. Sanggar Musik Haleluya, menampilkan Lagu Ofalangga (Suku Rote) dengan diiringi permainan alat musik tradisional NTT, yaitu Sasando. Menceritakan perjuangan dan kerja paksa di zaman perjuangan kemerdekaan, sehingga harus meninggalkan keluarga.
    3. Sanggar Dawai Timor menampilkan Lagu O Nina Noi (Suku Timor) dengan iringan musik akustik gitar, ukulele, dan biola. Lagu ini menceritakan kerinduan seorang ayah untuk bisa menyekolahkan anaknya di kota, agar bisa menjadi orang yang cerdas dan berguna, serta menaikkan derajat keluarga.
  • Pemaparan materi dari Narasumber: Bapak Djony L.K. Theedens, Penggiat Seni Musik dan Budaya, yang menyampaikan bahwa:
    • Salah satu daerah di Indonesia yang kaya alat musik adalah NTT.
    • Membahas mengenai ragam alat musik tradisional NTT.
    • Cita-cita untuk membuat buku mengenai Sasando.
  • Sesi bincang-bincang dan diskusi:

1) Ibu Ike – Dispar Kota Kupang

Ada keinginan yang sejalan dengan yang disampaikan Ibu Anita, untuk membuat event musik tradisional di Kota Kupang. Tapi masih terhambat anggaran.

Sejalan dengan Semana Santa, saran untuk membuat event religi rangkaiannya yaitu di Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus.

Menarik yang dibahas Pak Djohny, yakin banyak generasi muda yang tidak tahu, sehingga materi paparan tadi sangat mengedukasi dan menginformasi. Namun banyak alat-alat musik tradsional yang tadi dibahas, tidak ada di Kota Kupang untuk bisa dipelajari. Berharap ada museum alat musik tradisional NTT.

Mengenai tidak adanya event Kota Kupang yang masuk KEN, menyadari belum memilki event yang cukup mampu diunggulkan untuk diajukan dalam kurasi KEN. Namun ada 1 event yang rutin diselenggarakan oleh Dispar Kota Kupang, ke depannya akan terus coba dikembangkan.

Respon Kemenparekraf.

Mengenai museum, adalah lebih pada kewenangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jika di Kemenparekraf, ada 2 kedeputian yang mungkin bisa mendukung harapan tersebut yaitu: Deputi Infrastruktur ??? dan Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif, khususnya Deputi Bidang Musik ???

Sedangkan dari Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), lebih ke pendukungan event. Bisa dicoba dengan cara mengajukan proposal event.

Respon Pak Djohny:

Pernah mencoba surat terbuka kepada Gubernur sehubungan dengan cita-cita mengenai museum alat musik NTT. Namun jawabannya terbatasnya anggaran. Namun sebenarnya, jika saja dari Pemerintah setidaknya bisa memberikan bangunan untuk memfasilitasi. Dari para pelaku seni budaya siap membantu mengelola. Sampai saat inl hal tersebut belum bisa terealisasi.

Respon Bu Anita:

Selain gedung, juga butuh isinya, yang sebaiknya juga tidak sembarangan/asal, namun masih dalam kondisi baik dan terawat. Kemudian juga perlu koordinasi dengan Kemendikbud.

.

2) Perwakilan Kecamatan Maulfa

Kegiatan BISA Fest ini baik, namun dirasa kurang tepat sasaran pesertanya. Jika bisa lebih disasar peserta yang tepat, akan bisa melakukan tindak lanjut.

Satu-satunya gereja di NTT yang menggelar pergelaran budaya NTT dan expo di bulan budaya adalah GMIT Jemaat Paulus Tingkat Satu. Oleh karena itu siap dan semangat untuk menyambut ide Bulan Budaya GMIT menjadi event pariwisata.

Respon Bu Anita:

Setuju dengan ide membuat rangkaian dari Semana Santa, harapannya bisa menarik wisatawan yang ke Semana Santa untuk bisa lanjut ke Kupang. Alangkah baiknya bisa menjadi event berkelanjutan.

Mendorong agar masyarakat mendukung event-event daerah dengan mempromosikannya di medsos masing-masing. Itu adalah suatu cara yang mudah dan murah, namun jangkauannya luas. Jadi saat mengunjungi suatu event, jangan hanya menikmatinya saja, tapi juga jangan lupa mempromosikannya di medsos masing-masing.

.

3) Bapak Antonius – Peserta BISA Fest

NTT itu kaya musik. Ada kontribusi musik/lagu NTT pada Kidung yang digunakan dalam peribadahan yaitu dalam Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ).

Kemudian mengenai Bulan Budaya ataupun Bulan Bahasa di GMIT hanya sebulan dalam setahun. Tidak akan cukup mengobarkan semangat jemaat/masyarakat untuk mencintai dan melestarikan budaya. Pernah pengalaman di Gereja (denominasi) lain, saat persembahan, ada moment musik instrumental, sehingga jemaat bisa menikmati. Gereja di NTT perlu lebih lagi menggunakan musik gereja untuk memupuk kecintaan jemaatnya pada musik, terlebih lagi untuk menggunakan musik tradisional dalam peribadahan, agar jemaat bisa mencintai dan melestarikan.

  • Penyerahan piagam penghargaan dari Kemenparekraf yang diserahkan oleh perwakilan Kemenparekraf dan Ibu Anita J. Gah kepada Narasumber dan para sanggar penampil.
  • Doa Penutup

.

C. BISA Fest: Eksotika Gelar Tari Tradisional Nusa Tenggara Timur

Kota Kupang – Prov. NTT, Selasa, 25 Juni 2024, 09.45 – 12.00 WITA

Lokasi Kegiatan di Gereja Katolik Paroki St. Yoseph Naikoten 2

Kegiatan ini dihadiri oleh:

  1. Anggota Komisi X DPR-RI, Ibu Anita Jacoba Gah
  2. Perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Bapak Novantiar, Analis Anggaran Ahli Muda, Sekretariat Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events)
  3. Perwakilan Dinas Pariwisata Kota kupang Ibu Josefina Monika Djata Gheta
  4. Ibu Erna Poela - Kalla, Penggiat Seni Tari dan Budaya, selaku Narasumber
  5. Perwakilan Kecamatan Kota Raja
  6. 65 orang peserta (60 Pelaku Seni Budaya dan Parekraf, 5 Dispar).

Rangkaian acara:

  • Registrasi peserta, kemudian pembukaan oleh Host
  • Seluruh peserta menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”
  • Doa Pembuka oleh Pastor Gereja Katolik Paroki St. Yoseph Naikoten 2
  • Penampil pembuka Tari Foti dari Suku Rote oleh Sanggar Tari Loaholu, yang menceritakan kekuatan dan keperkasaan para pria Rote, serta keanggunan dan keceriaan wanita Rote. Kemudian dilanjutkan dengan Tarian tradisional Taibenu adalah tarian pergaulan yang sangat populer di kalangan masyarakat Rote Ndao. Tarian ini biasanya dilakukan secara berkelompok atau pada momen tertentu, biasanya juga dilakukan perorangan, baik perempuan maupun laki-laki. Tarian ini dikelompokkan sebagai tarian sukacita riang gembira. Pada umumnya tarian ini ditampilkan paa acara-acara adat seperti perkawinan adat, peminangan, pelantikan tokoh adar, pesta rumah baru, penyambutan tamu kehormatan baik dari pemerintah maupun tokoh-tokoh adat, dan lain sebagainya.
  • Sambutan Perwakilan Dinas Pariwisata Kota Kupang, diwakili oleh Sekretaris Dinas Pariwisata Kota Kupang, Ibu Margaritha Salean, menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi pada Kemenparekraf yang berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI melalui Ibu Anita Jacoba Gah yang mendukung dan memperhatikan perkembangan parekraf di Kota Kupang melalui penyelenggaraan BISA Fest.
    • NTT yang berpenduduk multi etnis, memiliki kekayaan seni budaya, yang diharapkan dapat menjadi atraksi wisata yang dapat mendukung sektor parekraf dan pelestarian seni budaya di NTT.
  • Sambutan perwakilan Kemenparekraf/Baparekraf, Bapak Novantiar, Analis Anggaran Ahli Muda, Sekretariat Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan (Events), yang menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi pada Ibu Anita Jacoba Gah yang selalu mendukung dan memperhatikan perkembangan parekraf di Kabupaten Kupang.
    • Memperkenalkan salah satu program strategis Kemenparekraf yaitu Karisma Event Nusantara (KEN). Menginformasikan ada 5 (lima) event daerah NTT yang terpilih dalam KEN 2024:
      1. Festival Bale Nagi, dari Kabupaten Flores Timur
      2. Festival Pesona Kebangsaan, dari Kabupaten Ende
      3. Wolobobo Ngada Festival, dari Kabupaten Ngada
      4. Festival Golo Koe Maria Assumpta Nusantara, dari Kabupaten Manggarai Barat
      5. Festival Lamaholot, dari Kabupaten Lembata

Berharap Kota Kupang juga bisa ikut mempromosikan event daerahnya untuk menjadi KEN juga.

  • Sambutan Ibu Anita Jacoba Gah, Anggota Komisi X DPR-RI, yang menyampaikan bahwa:
    • Apresiasi Kemenparekraf yang selalu mendukung dan berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI, untuk menggiatkan pembangunan sektor pariwista dan ekonomi kreatif di Indonesia.
    • Program kemitraan BISA Fest ini untuk mendorong Dinas Pariwisata dan para pelaku industri parekraf untuk mengembangkan diri.
    • Di NTT ada Destinasi Pariwisata Labuan Bajo yang sangat terkenal. Harapannya tidak hanya Labuan Bajo, namun juga Kota Kupang agar bisa menjadi destinasi wisata yang bisa banyak dikunjungi wisatawan. Memang harus disadari bahwa Kupang kurang maju destinasi wisatanya, meskipun di Kabupaten Kupang ada 74 DTW, namun masih kurang jauh dibanding Labuan Bajo.
    • Sektor parekraf ini sangat potensial untuk meningkatkan PDB Negara Indonesia. Walaupun Kemenparekraf anggarannya sedikit namun tetap mampu menghasilkan besar, karena banyak menggerakkan wisatawan dan menggerakkan banyak pihak. Hal ini bisa menjadi pembelajaran bahwa kenaikan ekonomi dan pengembangan sektor industri tidak melulu tergantung besarnya anggaran, dengan kemauan, kerja keras, dan kreativitas, bisa menutup kekurangan anggaran.
    • Penyelenggaraan event itu penting. Karena menjadi wadah pelaku seni/industri menampilkan/mempromosikan/menjual karyanya. Event pula yang menjadi moment mendatangkan wisatawan yang menjadi pendorong perputaran ekonomi.
    • Rencana dalam waktu dekat akan menyelenggarakan event kompetisi penampilan seni budaya, memperebutkan piala Anita Jacoba Gah.
    • Mengajak pemerintah daerah/dinas pariwisata dan masyarakat untuk membuat banyak event yang mampu menarik banyak wisatawan.
    • Sedih bahwa 10 tarian tradisional terbaik Indonesia yang mendunia, tidak ada satu pun yang dari NTT. Padahal NTT juga kaya tarian tradisional, mari lestarikan, tampilkan, angkat, dan promosikan. Pernah melihat potensi 1 tari tradisional dari NTT yang mulai mendunia, yaitu Tari Caci. Berharap akan ada banyak tari tradisional NTT yang mendunia juga. Rajin-rajinlah mengunggah konten seni budaya tradisional di medsos, itu adalah salah satu cara yang mudah, murah, dengan jangkauan luas.
  • Ibu Anita Jacoba Gah, Anggota Komisi X DPR-RI meresmikan pembukaan kegiatan BISA Fest: Eksotika Gelar Tari Tradisional Nusa Tenggara Timur.
  • Penyerahan tanda kasih sebesar Rp 10 juta kepada Gereja Katolik Paroki St. Yoseph Naikoten 2, yang diwakili diterima oleh Pastor Gereja Katolik Paroki St. Yoseph Naikoten 2, karena telah berkenan gedung aula gerejanya digunakan untuk kegiatan BISA Fest.
  • Penyerahan cendera mata berupa jaket karya UMKM, diserahkan oleh dari Kemenparekraf kepada Anggota Komisi X DPR RI, Dinas Pariwisata Kota Kupang, Narasumber, Pastor Gereja Katolik Paroki St. Yoseph Naikoten 2, dan Camat Kota Raja.
  • Penampilan budaya:

1) Sanggar Tari Petra Cilik

Tarian Ledo Lala Do Hawu adalah tarian dari gerak Ledo Sabu Raijua yang memperlihatkan gerakan  gemulai para gadis cantik (do bani ie) gerak tubuh baik itu gerakan halus, maupun gerakan kasar yang di perlihat sang pemuda dalam  merebut hati para wanita. Tarian ini biasa di lakukan pada bulan Maret - April  setiap tahun dalam rangka sebagai hiburan rakyat dan sebagai tempat pertemuan muda mudi demikian tarian ini di pentas untuk memelihara kebudayaan agar terus di lestarikan oleh kaum muda mudi. Tarian ini juga dapat ditampilkan saat menyambut tamu terhormat yang datang berkunjung ke daerah , dalam acara adat peminangan (kenoto).

Karena itu ledo selalu ditampilkan dengan  berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan, tarian ini kurang menarik  jika hanya di pentas oleh laki-laki atau hanya perempuan.

Tarian Ledo juga mengandung makna  dan memberi pesan cinta kasih kepada keluarga maupun pasangan muda –mudi, karena dalam tarian ini memperlihatkan ke cantikan dan ke jantanan pria sabu yang mana perempuan lebih kepada wajah dan jari jemari tangannya, sedangkan laki-laki pada kekuatan kaki dan tangan.

.

2) Sanggar Tari Gandrung Flobamora

Sanggar Tari Gandrung Flobamora adalah sanggar tari yang sudah berusia belasan tahun. Tarian Woleka adalah sebuah tari tradisional asal kabupaten Sumba Barat. Tarian ini biasa ditarikan saat menyambut para pemuda Sumba Barat yang pulang dari medan perang dengan membawa kepala lawan yang dipancung sebagai lambang kemenangan. Saat ini Tari Woleka telah dikemas menjadi tarian pertunjukan yang disuguhkan sebagai tarian pembuka untuk memberikan ucapan selamat datang kepada tamu, juga menceritakan mengenai pelayanan tak terbatas dari wanita Sumba, sekaligus sebagai bentuk ucapan syukur atas kesejahteraan yang Tuhan berikan

.

3) Sanggar Tari Lopo Gaharu

Tarian Oelana dari Suku Timor, yang menggambarkan masyarakat di pulau timor yang bersukacita menyambut para tamu dan sebagai rasa penghormatan bagi mereka yang hendak datang ke pulau Timor. Gerak yang dinamis yang menggambarkan hidup masyarakatnya yang santun dengan setiap orang yang mereka temui. Lewat gerak yang harmonis serta bunyi gong dan tambur yang bersemangat menyambut setiap mereka yang datang sebagai bagian dari keluarga.

  • Pemaparan materi dari Narasumber: Ibu Erna Poela - Kalla, Penggiat Seni Tari dan Budaya, yang menyampaikan bahwa:
    • NTT itu kaya tari tradisi, memang diakui miskin dalam ragam, namun bisa ditingkatkan dengan pengemasan yang baik saat menampilkannya. Baik itu dari penampilannya (kostum, make up, ekspresi), gerakan yang sinkron, juga pemusik pun perlu tahu bagaimana menjadikannya menarik untuk mendukung pernampilan. Pengemasan yang baik, bisa meningkatkan kualitas penamplan, sehingga bisa menjadi daya tarik wisata.
    • Generasi muda yang kreatif, mari kita wariskan sen tradisi kepada para generasi muda. Sulit sekali mencari anak-anak muda yang bisa diregenerasikan.
  • Sesi bincang-bincang dan diskusi:

1) Ibu Anita Jacoba Gah

Menurut Ibu Erna Poela – Kalla, dari 4 penampilan tari yang sudah kita nikmati tadi, mana juaranya?

Setuju dengan regenerasi. Akan coba diusulkan kepada Menteri Dikbud yang baru nanti, agar pelajaran seni budaya/muatan lokal bisa dimasukkan kembali ke kurikulum sekolah.

Respon Ibu Erna:

Penampilan pertama tarian dari Rote, agar jangan digabung 3 tarian yang beda-beda temanya.

Penampilan ketiga, ada salah kostum, atribut untuk perempuan dipakai laki-laki. Masing-masing gender sudah ada aturan berpakaian. Agar diperhatikan. Jangan sampai terjadi lagi.

Penutur budaya di Sabu Raijua, saat ini sudah sangat langka.

Jadi berikut rangking penampilan tadi, antara lain:

Juara 4, penampil 4 dari Tari Lopo Gaharu, karena tari kreasi baru dan kostumnya tidak sesuai tata busana adat

Juara 3, penampil 1 dari Rote Ndao

Juara 2, penampil 2 Petra Cilik

Juara 1, penampil 3 Gandrung Flobamora

.

2) Peserta BISA Fest

Pariwisata NTT mulai dibangun pada tahun 1988, saat NTT menjadi gerbang masuknya wisatawan mancanegara dari Australia. Pengalaman bekerja di perhotelan pada tahun 1988 – 1997 saat itu pariwisata NTT hidup.

Saran: agar keterangan/sinopsis tari dijelaskan setelah penampilan, sebagai informasi dan mengedukasi penonton. Berharap Dinas bisa memperhatikan hal-hal seperti ini.

Berharap Komisi X DPR RI bisa semakin mendukung pariwisata di Kota Kupang ini.

Wisata Rohani juga penting untuk diperhatikan dan dibangun. Karena ada segmentasi wisatawan minat khusus.

.

3) Pastor Gereja Katolik Paroki St. Yoseph Naikoten 2:

Sebagai penikmat seni budaya, kekuatan bercerita melalui penampilan itu perhatikan. Makna dan tujuan suatu penampilan seni budaya perlu dipahami tidak hanya oleh penampil juga penonton.

Seperti yang juga telah disampaikan oleh Narasumber Ibu Erna, mengenai tata busana. Di NTT ini ada banyak suku, banyak motif kain yang memilki makna dan peruntukannya. Berharap masyarakat NTT bisa memahami dan memakai sesuai aturannya.

.

4) Dinas Pariwisata Kota Kupang

Melihat kekritisan Ibu Anita di bidang pendidikan, harapannya bisa kritis juga di bidang pariwisata.

Dahulu NTT sempat memilki event-event yang cukup besar, namun terhenti saat pandemi, hingga saat ini belum bisa diselenggarakan kembali.

Ada usulan event daerah Kota Kupang untuk diikutkan kurasi KEN 2025, harapannya akan bisa diluluskan. Besok dari Dispar Kota Kupang berencana untuk konsultasi ke Kemenparekraf di Jakarta.

Calendar of Event Kota kupang sudah bisa diilaksanakan 2 tahun berturut-turut, yang terdiri dari event-event keluarahan/kecamatan, mendapat dukungan dari Dispar Kota Kupang sekitar Rp 15 juta/event.

Salah satu program dari Dispar Kota Kupang yaitu City Tour bekerja sama dengan PHRI dan Travel Agent, yang memungkin Kota Kupang dikunjungi Cruise (kapal pesiar).

Dispar Kota Kupang juga mendukung eksistensi sanggar seni budaya.

Menyadari bahwa Kota Kupang yang tidak banyak memilki Destinasi Wisata, sehingga memilki program pendukung di bidang lain, misal pembangunan area kuliner Kota Kupang.

.

5) Sanggar Nonna

Sanggar Seni Budaya di Kota Kupang itu ada banyak, tapi kenapa hanya 4 yang tampil pada kegiatan hari ini? Apakah memang karena keterbatasan anggaran? Karena sanggar-sanggar sangat merindukan kesempatan tampil seperti pada kegiatan hari ini, saat ada Anggota DPR RI bisa hadir.

.

6) Sanggar Tari Loaholu

Memang ada dukungan Dinas/Pemerintah Daerah, namun tidak cukup. Mumpung di sini ada Ibu Anita dan Kemenparekraf, mohon dukungan dan bantuan demi keberlangsungan Sangar-Sanggar Seni Budaya di Kota Kupang.

  • Penyerahan piagam penghargaan dari Kemenparekraf yang diserahkan oleh perwakilan Kemenparekraf kepada Narasumber dan pemberian hadiah Dana Pengemabangan dari Ibu Anita J. Gah kepada para sanggar penampil.
  • Doa Penutup oleh Romo Robin

Kesimpulan:

  1. Kegiatan BISA Fest di Kabupaten dan Kota Kupang bertujuan memberikan sebuah masukan, inspirasi serta motivasi, tentunya memperluas wawasan khususnya bagi para seniman tari dan musik untuk turut berpartisipasi dan berkolaborasi dalam menggali, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai seni tari dan musik di Kabupaten dan Kota Kupang, dan NTT secara umum.
  2. Setelah mengikuti kegiatan ini, diharapkan para peserta dapat mengimplementasikan materi dan masukan yang disampaikan oleh narasumber, menjaga optimisme dan semangat dalam mempromosikan tari dan musik daerah yang akan berujung pada peningkatan ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten dan Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kegiatan BISA Fest di Kabupaten dan Kota Kupang telah terlaksana dengan baik dan lancar.

Vitria Narwastu

© 2024 Data & Informasi. Design by HTML Codex